Menurut Pararaton, Ranggalawe merasa tidak puas atas pengangkatan Nambi sebagai rakryan patih. Ia hendak mengusulkan kepada Sang Prabu bahwa Lembu Sora, pamannya, jauh lebih berjasa dalam perjuangan daripada Nambi.
Penolakan Ranggalawe terhadap keputusan Prabu Wijaya ini konon dimanfaatkan oleh salah seorang pejabat licik Majapahit bernama Mahapati. Mahapati memanipulasi situasi antara Majapahit dan Ranggalawe sehingga seolah Ranggalawe sedang mempersiapkan penyerangan terhadap Majapahit.
Prabu Wijaya yang merasa ini sebagai sinyal pemberontakan segera mengambil keputusan dan mengirim pasukan untuk menyerang Tuban. Sementara itu, Ranggalawe yang terkejut atas kedatangan pasukan Majapahit tidak punya pilihan lain selain mempertahankan diri.
Namun, serangan mendadak itu tak bisa dibendung. Dalam sebuah pertempuran di Sungai Tambak Beras, Ranggalawe menjemput ajalnya di tangan Kebo Anabrang, utusan Majapahit.
Terlepas dari kontroversi tersebut, nama Ronggolawe hingga kini masih menjadi nama kebanggaan di Tuban.
Editor : Trisna Eka Adhitya