Quarith Wales dan van Romondt mengembangkan pendapat tersebut. Menurut keduanya, persamaan struktural antara bangunan suci berundak di lerengPenanggungan pada masa Majapahit dengan punden berundak masa Prasejarah, merupakan petunjuk tentang adanya pemujaan terhadap arwah nenek moyang di puncak gunung.
Edi Triharyanto pun menyimpulkan sebuah hipotesa. Kemiripan bangunan suci berundak di lereng gunung Penanggungan serta candi prasejarah dapat dijadikan indikasi (simbol) tentang kondisi kegoncangan politik kekuasaan Majapahit pada waktu itu. Khususnya pada masa pemerintahan Puteri Suhita (1429-1447 M) menjelang akhir keruntuhan Majapahit.
Menurut Edi, pada masa ini muncul kembali gerakan dari masyarakat bawah untuk menggeser nilai-nilai agama (Hindhu) yang sebelumnyyaa menggantikan kepercayaan asli nenek moyang.
Editor : Trisna Eka Adhitya