Solahul Am Notobuwono atau Gus Aam dari PPBU (Pondok Pesantren Bahrul Ulum) Tambakberas Jombang dalam testimoninya mengatakan berbeda pilihan dalam politik adalah hal biasa. Karena dengan perbedaan bisa saling belajar.
Namun ketika hajatan politik sudah selesai, maka benang silaturahmi harus dirajut kembali. Gus Aam mencontohkan dirinya berbeda pilihan dengan Gus Wahab Yahya Hamid Hasbulloh.
Padahal keduanya sama-sama dari pondok Pesantren di Tambakberas. Gus Aam berdiri di Pasangan Capres-cawapres 02 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, dan Gus Wahab Capres-cawapres 03 Ganjar Pranowo-Mahfud MD.
“Tidak harus sama pilihannya. Tapi yang terpenting adalah silaturahmi harus tetap terjaga. Sudah saat kita saling gojlok lagi,” ujar putra dari KH. Amanulloh Abdurrohim Hasbulloh ini.
Bukan hanya Gus Aam, anggota Asparagus dari Madura, Jabar serta Jateng juga menyampaikan testimoninya. Semua sehati untuk kembali merajut tali silaturahmi.
“Saya dan Gus Wahab sudah sepakat. Kalau masih ada yang membahas Pilpres di WAG (WhatsApps Grup) langsung dikeluarkan,” ujar Zahrul Jihad atau Gus Heri dari PP Darul Ulum.
Gus Wahab yang merupakan pengasuh pesantren Tambakberas Jombang pada pemilu itu mendukung pasangan capres-cawapres nomor 03, Ganjar Pranowo-Mahfud MD.
Sedangkan Gus Aam, Gus Hans, Gus Heri, adalah pendukung pasangan capres-cawapres nomor 02 Prabowo Subianto-Gibran.
Gus Hans juga berharap masyarakat juga kembali ke kehidupan masing-masing. Secara sosial juga kembali melakukan komunikasi yang sempat tersekat akibat perbedaan pilihan politik.
“Sudah tidak ada lagi 01, 02 atau 03. Mari kembali ke kehidupan masing-masing," kata Pengasuh PP Queen Al Azhar Darul Ulum Peterongan Jombang ini.
Gus Hans menambahkan jangan sampai menjadi bagian dari terjadinya politik identitas. Politik yang terpolarisasi, yang akhirnya tidak efektif.
"Komunikasi di Asparagus sempat tegang. Terutama yang muda-muda, masih baper (membawa perasaan) saat Pilpres dan malam ini mencair semua," kata Gus Hans seusai acara.
Dikatakan Gus Hans, pada pertemuan itu semuanya saling mengendepankan kebersamaan dan kembali kepada tugas keumatan, yakni mengelola pesantren yang mereka miliki.
“Kita ingin menjadi bagian yang bisa mempercepat kembalinya situasi Indonesia agar segera fokus kepada pembangunan yang lebih konkret. Hajatan politik sudah selesai. Kita sama-sama tidak tahu sipa pemenangnya. Jadi kita serahkan ke KPU,” tambahnya.
Editor : Arif Ardliyanto