Di masa pemerintahan Prabu Jayanegara, kelicikan Mahapati berlanjut. Pada tahun 1316 Mahapati mengadu domba Nambi dengan Sang Prabu.
Suatu ketika Nambi dikisahkan pulang ke kota kelahirannya Lamajang karena sang Ayah meninggal dunia. Mahapati menyarankan kepada Nambi untuk menetap sedikit lebih lama di Lamajang.
Namun, kepada Prabu Jayanegara, Mahapati justru mengabarkan bahwa Nambi tidak mau kembali ke Majapahit karena sedang menyiapkan pemberontakan.
Jayanagara tentu marah atas kabar tersebut. Ia pun mengirim pasukan untuk menghancurkan Lamajang.
Akhirnya, Nambi sekeluarga tewas. Mahapati yang telah "berjuang keras" pun memperoleh hal yang paling diidamkannya yaitu diangkat sebagai patih baru Majapahit.
Nama Mahapati dalam Pararaton pun dikenali bukan nama sebenarnya. Nama ini kemungkinan dipilih oleh penulis Pararaton untuk menunjukkan kedudukan sosok yang dimaksud.
Menimbang waktu pengangkatan Mahapati sebagai patih Majapahit, Slamet Muljana menganggap Mahapati identik dengan Dyah Halayudha, yaitu nama patih Majapahit yang tertulis dalam prasasti Sidateka tahun 1323. Rake Tuhan Mapatih Ring Majapahit, Dyah Halayuda.
Editor : Trisna Eka Adhitya