Pada pupuh 73/3-6, Mpu Prapanca dengan indahnya mengisahkan perbandingan antara candi makam Kagenengan dengan sebuah candi Budha yang terletak di sebelah selatan, tidak jauh dari Kagenengan.
Mpu Prapanca menguraikan keadaan candi Kagenengan yang sangat indah terawat. Candi Kagenengan ini ternyata merupakan sebuah bangunan Siwa.
Sementara itu, Prapanca adalah seorang pembesar agama Budha. Tentulah ia secara naluriah memiliki kepedulian terhadap kondisi bangunan-bangunan suci agama Budha.
Dalam uraian perbandingan itu, Mpu Prapanca tidak secara langsung mengutarakan bahwa ada ketidaksamaan perlakuan antara penganut Siwa dan penganut Budha. Candi Siwa tampak dirawat baik, sedangkan candi Budha dibiarkan terbengkalai.
Mpu Prapanca secara halus sekadar mengisahkan perbedaan antara dua bangunan itu saja. Kemudian, ia menambahkan uraian tentang perasaannya tatkala melihat bangunan candi yang terbengkalai.
Sebagaimana terjemahan Prof. Slamet Mulyono disebutkan:
Editor : Trisna Eka Adhitya