"Relawan bekerja tanpa terikat waktu. Ini tugas mulia yang membutuhkan keberanian, ketegasan, dan keikhlasan," ujarnya.
Ia juga mengingatkan bahwa bencana bisa terjadi sewaktu-waktu, sebagaimana angin kencang yang melanda sejumlah desa di awal tahun serta peristiwa tanah longsor di Jalur Pacet - Batu pada 8 April 2025 yang menelan korban jiwa. "Risiko bencana ini harus kita sikapi dengan kesiapsiagaan dan koordinasi yang matang," katanya.
Gus Barra juga memberikan lima arahan untuk optimalisasi Posko Terpadu Bencana Hidrometeorologi, meliputi, monitoring cuaca dan potensi bencana secara berkala, aktivasi sistem peringatan dini dengan cepat dan tepat sasaran, kesiapan jalur evakuasi, logistik, dan fasilitas darurat, dan penguatan komunikasi berjenjang dari desa hingga kabupaten serta pengutamaan keselamatan petugas dan masyarakat.
Ia juga menekankan penanganan bencana harus bersifat menyeluruh, mencakup mitigasi, edukasi kebencanaan, respons tanggap darurat, hingga pemulihan pascabencana. Gus Barra juga meminta jajarannya menindaklanjuti setiap informasi dan peringatan dini dari BMKG secara cepat agar risiko bencana dapat diminimalkan.
Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Kabupaten Mojokerto, Rinaldi Rizal Sabirin menambahkan, unsur pendukung posko telah disiapsiagakan, mulai dari personel, peralatan, hingga mekanisme koordinasi lintas sektor.
Editor : Zainul Arifin
Artikel Terkait
