GRESIK, iNews.id – Motif cikar (pedati) terlukis indah pada kain Batik Bangsawan buatan perajin Nurkholis (43). Motif itu dilukis secara detail, dipadukan dengan beberapa motif lain hingga membentuk fragmen yang menarik.
Berdasarkan catatan, cikar merupakan moda transportasi roda dua bertenaga sapi. Muatan cikar pada umumnya merupakan hasil pertanian. Sampai saat ini cikar masih ditemukan di wilayah Sekapuk, Kabupaten Gresik.
Motif cikar adalah satu di antara 50 fragmen yang dituangkan Nurkholis dalam karya batiknya. Beberapa di antaranya adalah motif kehidupan sosial Masyarakat pesisir seperti orang mengaji, mencari ikan, atau orang-orang yang biasa mengangsu (mengambil air) saat sore hari.
Nurkholis mengatakan motif pada karya batik buatannya terilhami oleh maestro damarkurung asal Gresik Masmundari Sama seperti Masmundari, Nur Kholis juga ingin mendokumentasikan kehidupan sosial sehari-hari ke dalam motif Batik Bangsawan miliknya.
Harapannya, tradisi yang pernah dikembangkan oleh maestro Masmundari tidak punah dengan gempuran teknologi yang terus berkembang. “Jadi batik bangsawan ini bagian dari upaya kami untuk mempertahankan tradisi itu,” katanya kepada iNews.id.
Pada catatan Kemendikbud, damar kurung merupakan metamorfosis dari wayang beber, sebuah pertunjukan yang menceritakan lukisan di atas kertas yang telah ada di Gresik sejak ratusan tahun silam.
Hingga pada perjalanannya, cerita pada lukisan kertas itu disederhanakan dalam bentuk lampu damar kurung yang dilestarikan oleh Mbah Masmundari. Pada lampu inilah Masmundari menuangkan aktivitas sosial masyarakat urban sehari-hari dalam bentuk lukisan, seperti pasar malam, anak-anak yang bermain layang dan lainnya.
Bagi Nurkholis, menekuni usaha batik bukan semata persoalan untung dan rugi. Lebih dari itu, ada nilai yang tak kalah penting untuk dilestarikan, yakni seni dan falsafah yang tertuang dalam fragmen atau motif batik tersebut.
Lulusan Fakultas Hukum Universitas Brawijaya (UB) Malang ini sadar bahwa Kabupaten Gresik tidak memiliki akar budaya batik layaknya Kabupaten Tuban, Madura atau Mataraman. Namun, di Gresik terdapat tradisi melukis damar atau lampu damar kurung. Potensi inilan yang dimaksimalkan.
Gagasan Nurkholis melestarikan tradisi lewat batik ini bahkan telah menyabet berbagai penghargaan. Terbaru dia terpilih menjadi pemenang pertama produsen kain batik tingkat Jawa Timur pada hari jadi Jatim ke-77 2022 lalu.
Nurkholis juga bersyukur respons pasar terhadap batik buatannya cukup positif. Usaha yang dirintis dari pinjaman Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bank Rakyat Indonesia (BRI) itu kini menghasilkan omzet hingga Rp100 juta per bulan.
Lebih dari itu, Batik Bangsawan milik NurKholis juga menjadi jujugan banyak instansi, baik pemerintahan maupun swasta.
Sukses Nurkholis merintis usaha Batik Bangsawan ini tak lepas dari uluran tangan BRI. Pada 2011 lalu usaha batiknya nyaris berhenti karena masa sewa ruko untuk jualan di Kecamatan Bungah, Gresik habis.
“Saya tidak punya uang lagi saat itu. Padahal, ruko itu harus diperpanjang,” katanya.
Nurkholis bersyukur, harapan untuk bisa memiliki ruko terealiasi setelah BRI mengucurkan pinjaman Rp25 juta. Modal usaha itu cukup untuk memperpanjang sewa hingga dua tahun. Sedangkan sisanya untuk tambahan belanja.
Dari sanalah bisnis batik Nurkholis terus berkembang sampai akhirnya pada tahun 2016 memutuskan untuk memproduksi sendiri.
Direktur Bisnis Mikro BRI Supari, mengatakan, saat ini masih banyak UMKM, tertama ultra mikro (Umi) yang belum mendapatkan layanan keungan formal. Bahkan, lebih dari 12 juta pelaku usaha yang masih bergantung pinjaman rentenir.
“Mereka ini harus diselamatkan. Mereka harus diberi akses permodalan. Harus ada inisiatif layanan keuangan formal yang dapat menjangkau mereka,” katanya.
Editor : Arif Ardliyanto