Sepeninggal Prabu Wijaya, Gayatri tampil sebagai pembimbing penguasa Majapahit. Novrida Q. Lutfillah dalam buku "Gayatri Akuntan Majapahit" menyebutkan bahwa sosok Gayatrilah yang menjadi pewaris langsung visi besar Kertanegara, raja terakhir Singhasari, ayah kandung Gayatri.
Gelar Rajapatni pada namanya juga menunjukkan kedudukan Gayatri sebagai istri Prabu Wijaya. Rajapatni dapat diartikan sebagai "istri utama" dan "pemimpin para wanita utama di kerajaan".
Gelar Rajapatni berbeda dibanding gelar "Prameswari" yang disandang oleh Tribhuwananeswari sebagai istri tertua Prabu Wijaya. Sebagai ratu termuda, Gayatri tentu memiliki tempat istimewa bersanding dengan kakaknya Tribhuwana sebagai sesama istri Prabu Wijaya.
Menurut Novrida, sejak masa pemerintahan Prabu Wijaya, peran Gayatri sudah dapat dicermati berdasarkan gelar tersebut. Novrida menyatakan Gayatri memiliki andil dalam kebijakan dan keputusan yang diambil Prabu Wijaya untuk Majapahit yang baru berdiri.
Kebijaksanaan Gayatri terus diperlihatkan hingga wafatnya Prabu Jayanegara. Gayatri semestinya berhak duduk sebagai penguasa Majapahit berikutnya. Meski demikian, Gayatri memilih menyerahkan kekuasaan kepada Tribhuwanatunggadewi, putrinya.
Selama Tribhuwanatunggadewi memimpin, Gayatri setia mendampingi putrinya sebagai ratu. Dalam bimbingan Gayatri, Tribhuwanatunggadewi mencatatkan namanya sebagai Ratu Majapahit yang b3fderhasil membawa masa damai pertama pada kerajaan muda tersebut.
Sosok Gayatri inilah yang diyakini meletakkan falsafah-falsafah penting bagi Majapahit di masa awal kerajaan tersebut berdiri. Gagasan luhur ini mengantarkan Majapahit pada kejayaannya di kemudian hari.
Editor : Trisna Eka Adhitya