get app
inews
Aa Text
Read Next : Jejak Majapahit di Tuban, Goa Suci dan Watu Gajah

Jejak Majapahit di Kediri, Wilayah Ibukota Terakhir

Senin, 03 Oktober 2022 | 13:50 WIB
header img
Candi Surawana salah satu peninggalan Majapahit di Kediri. (Foto: Kedirikab.go.id)

MOJOKERTO, iNewsMojokerto.id - Ibukota Majapahit berpindah ke Daha,Kediri, di masa menjelang keruntuhan. Meski tidak lama, ada sejumlah peninggalan yang masih bisa dinikmati hingga saat ini.

Peninggalan Majapahit di Kediri menjadi saksi sisa kebesaran kerajaan yang pernah menyatukan hampir seluruh wilayah Nusantara ini. Kisah akhir Majapahit di ibukota Daha menjadi salah satu titik sejarah yang penting dipelajari.

Banyak sejarawan berpendapat bahwa pemindahan ibukota Majapahit ke Daha adalah salah satu titik awal keruntuhan kerajaan. Majapahit berpindah ibukota ke Daha pada masa kepemimpinan Brawijaya IV.

Berikut ini 4 peninggalan ibukota Majapahit di wilayah Daha atau Kediri.

1. Candi Tegowangi

Meski singkat, Daha adalah satu wilayah yang sejak awal memang penting bagi Majapahit. Wilayah Daha adalah bagian kerajaan yang menjadi saksi pendirian Majapahit.

Salah satu jejak penting Majapahit di sini adalah Candi Tegowangi. Candi ini dibangun pada masa jaya Majapahit yaitu sekitar abad ke-14.

Candi Tegowangi terletak di Dusun Candirejo, Desa Tegowangi, Kecamatan Plemahan, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Candi ini terbilang cukup utuh untuk bisa dinikmati hingga saat ini.

Dindingnya penuh dengan ukiran cerita Sudamala. Candi ini dibangun sebagai pendharmaan Bhre Matahun.

Secara fisik, candi Tegowangi berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 11,2 x 11,2 meter dan tinggi 4,35 meter. Konstruksinya terdiri dari satu bangunan induk dan satu  candi perwara.

2. Candi Surawana

Candi Surawana dibangun tidak lama dari masa pembangunan candi Tegowangi. Candi ini dibangun untuk pendharmaan Bhre Wengker. 

Kondisi candi sudah tidak utuh. Meski demikian, dari sisa bangunan dapat dilihat potongan kisah tertentu pada relief dindingnya. 

Candi Surawana setidaknya memuat tiga kisah. Pertama kisah Arjunawiwaha, kedua, kisah Bubuksha, dan  ketiga, kisah Sri Tanjung. 

Candi yang merupakan candi Siwa ini berukuran 8x8 m2. Sedikit lebih kecil dari Candi Tegowangi. 

Letak tepatnya candi Surawana yaitu di Desa Canggu, Kecamatan Pare, Kediri. Candi ini masih terbuka untuk dikunjungi.

3. Prasasti Kusmala

Bertarikh 1350 M, prasasti ini ditemukan utuh di Desa Kandangan, Kecamatan Kandangan, Kabupaten Kediri. Ukurannya setinggi 122 cm x 68 cm x 21 cm. 

Dari prasasti ini ditemukan catatan mengenai Rajasawardhana, atau dikenal dengan Bhre Matahun. Ia adalah ipar Prabu Hayam Wuruk. 

Prasasti Kusmala atau disebut juga Prasasti Kandangan sebenarnya ditulis dalam rangka penanda selesainya pembangunan suatu dawuhan atau waduk wilayah Kusmala. Waduk atau bendungan Kusmala itu ada di sekitar kaki Gunung Kelud.

Prasasti Kusmala kini disimpan di Museum Airlangga kawasan Goa Selomangleng, Kota Kediri, Jawa Timur. Teregistrasi dengan nomor: 134/kdr/96.

4. Prasasti Geneng II

Ada dua prasasti Geneng. Yang pertama berasal dari masa Kerajaan Kadiri. Yang kedua berasal dari masa Majapahit. 

Prasasti Geneng II atau Brumbung II adalah peninggalan masa Rani Tribhuwana Wijayatunggadewi. 

Secara fisik berbentuk akolade berbentuk kurung kurawal. Ukurannya 145 cm x  61 cm x 23 cm. 

Pada bagian ujung akolade terdapat pahatan simbol lencana berbentuk matahari. Dengan sudut delapan, pada lingkaran tengah matahari tersebut tergambar dewa-dewa. 

Prasasti Geneng II dikeluarkan sebagai penanda anugerah sima kepada masyarakat di Desa Geneng.

Editor : Trisna Eka Adhitya

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut