Wisata Troloyo Majapahit, Napak Tilas Para Pedagang Muslim di Masa Lalu
![header img](https://img.inews.co.id/media/600/files/networks/2022/07/02/16a70_situs-troloyo.jpeg)
MOJOKERTO, iNews.id - Situs Troloyo Majapahit lebih dari sekadar makam tua komunitas Islam yang berisi sejumlah makam penting di Trowulan. Situs Troloyo Majapahit adalah juga situs sejarah purbakala.
wisata di Situs Troloyo Majapahit sebenarnya tidak hanya seputar kegiatan ziarah. Di situs ini pula tersimpan catatan masa lalu Trowulan sebagai pusat perdagangan.
Objek Wisata Utama Situs Troloyo
Obyek utama wisata di Troloyo, Trowulan adalah makam Sayyid Muhammad Jumadil Kubro, atau biasa dikenal dengan Syekh Jumadil Kubro. Beliau adalah kakek dari Sunan Ampel.
Tidak berlebihan jika situs ini kerap disebut sebagai situs "punjer walisongo". Artinya, akar pusat keberadaan walisongo. Selain makam Syekh Jumadil Kubro, ada pula makam Ratu Ayu Kenconowungu, Raden Ayu Anjasmara, Syekh Al Chusen, Imamudin Sofari, Tumenggung Satim Singomoyo, Patas Angin, dan lain-lain.
Troloyo sebagai Wisata Sejarah dan Arkeologi
Dalam tulisan Masyhudi yang tentang komunitas muslim di Majapahit tercantum dalam buku "Majapahit: Batas kota dan Kejayaan di Luar Kota" disebutkan bahwa, sejumlah cerita rakyat yang dikumpulkan oleh J. Knebel menyebutkan Troloyo sebagai tempat peristrirahatan bagi kaum pedagang di masa lalu.
Para pedagang ini adalah para pedagang muslim yang juga berperan menyebarkan agama Islam kepada Prabu Brawijaya V beserta para pengikutnya. Nama 'tralaya' berasal dari kata 'setra' dan 'pralaya'. Setra berarti tegal atau tanah lapang tempat pembuangan mayat. Kata pralaya berarti rusak, mati, atau kiamat.
Benda-benda purbakala di situs ini meliputi batu nisan asli yang bersebaran di area makam. Pada sejumlah nisan, masih dapat dilihat lambang kebesaran Surya Majapahit yang berpadu dengan huruf Arab.
Pada nisan-nisan tersebutlah para sejarawan ada arkeolog memperlajari bagaimana kondisi Kerajaan Majapahit di masa lalu.
Editor : Trisna Eka Adhitya