Bahkan, Gus Salam mengakui secara langsung dirinya mengenal baik kemampuan Gus Salman sebagai seorang pemimpin yang mempunyai visi dan juga mampu merangkul semua pihak.
"Beliau (Gus Salman) selama menjadi pemimpin, saya kenal mempunyai visi yang jelas dan mampu merangkul semua kalangan. Baik dari kalangan NU sendiri, maupun di luar NU. Artinya, secara kepemimpinan sudah teruji," ujarnya.
Bahkan, Gus Salam juga memuji akhlak Gus Salman yang tidak pernah haus kekuasaan untuk menjadi seorang pemimpin. Ia pun mencontohkan saat Gus Salman didorong menjadi ketua PCNU masa khidmat 2017-2023, yang mana Gus Salman hanya mau maju karena diminta para Kiai Sepuh.
"Jadi saya sangat mengenal beliau, akhlaknya memang akhlak santri. Dan pemimpin seperti ini yang kita perlukan, dimana beliau (Gus Salman) ini kinerjanya selama memimpin PCNU, bukan karena nafsu dari dirinya sendiri, melainkan karena arahan dan permintaan dari para Kiai. Dan ini lah akhlak santri. Beliau diminta jadi ketua PCNU saja sebenarnya tidak mau, karena merasa belum mempunyai kapasitas, tapi setelah beliau memimpin atas permintaan para Kiai Sepuh, PCNU Jombang menjadi salah satu lembaga terbaik di Jawa Timur kan?," ujarnya.
Mantan wakil ketua PWNU Jatim ini menjelaskan bahwa Gus Salman adalah santri KH Musta’in Syafi’i al-Hafidz dan KH A. Hadi Yusuf Masyhar di PP-MQ Tebuireng. Ia juga diasah dan diasuh oleh Alm. KH Abdul Nashir Fattah dan Alm. KH Isrofil Amar sebagai pemimpin organisasinya para ulama.
"Terhadap Kiai Sepuh lainnya di Jombang, termasuk KH Taufiqurrahman Muchit, KH Mohammad Sholeh, Gus Salman dalam pandangan saya selalu memposisikan sebagai santri yang siap nderek dan patuh arahan serta perintah Kiai. Itulah kepribadian Gus Salman yang takdhim kepada para sesepuh," tutup Gus Salam.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait