"Agaknya Wikramawarddhana naik tahta dengan tidak mendapat dukungan penuh dari keluarga istana Majapahit. Tokoh ini sebenarnya keponakan Hayam Wuruk, ia anak dari adik perempuan Hayam Wuruk Rajasaduhiteswarī (Bhre Pajang) yang kawin dengan Singhawarddhana," tulis Agus dalam buku "Sandhyakala ning Majapahit Pembelajaran dari Pasang Surut Kerajaan Majapahit".
Pecahnya Perang Paregreg menjadi pembuka penurunan kekuatan Majapahit. Menurut Agus, pasca masa tenang setelah tahun 1400 M, Majapahit disibukkan oleh peperangan antara dua pihak, yaitu raja Wikramawarddhana yang bersemayam di Kadaton Kulon melawan Bhre Wirabhumi yang tinggal di Kadaton Wetan.
"Wikramawarddhana hanya memerintah Majapahit dengan tenang antara 1389-1400 M, kemudian pecahlah perang Paregreg (tahun 1401-1406 M) antara Bhre Wirabhumi yang menuntut tahta Majapahit kepada pihak Wikramawarddhana,"tambah Agus.
Di akhir peperangan, kemenangan berada di pihak Wikramawarddhana. Pasca kekalahan Wirabhumi itu, Wikramawarddhana menyerahkan kekuasaan Majapahit kepada putrinya, Suhita.
Sementara itu, Wikramawarddhana memilih untuk menepi dan menjadi pendeta pada tahun 1406 M. Belum ditemukan bukti adanya gonjang-ganjing berarti dalam kepemimpinan Suhita.
Editor : Trisna Eka Adhitya
Artikel Terkait