Khofifah Diserang Netizen, Dwi Astutiek Sebut Ada Barisan Sakit Hati

Padahal, tanpa sepengetahuan warganet, tanpa diumbar ke publik, Khofifah sudah mengambil langkah tegas. Memanggil pemilik CV Sentosa Seal, Jan Hwa Diana.
Khofifah memerintahkan pejabat terkait untuk mengurus kembali hilangnya ijazah para karyaIwan tersebut sesuai aturan yang berlaku.
Langkah ini dilakukan atas pertimbangan Jan Hwa Diana mengaku tidak pernah melakukan penahanan ijazah karyawannya karena seluruh proses rekrutmen dan administrasi dilakukan HRD yang sudah resign dari perusahaanya.
Kembali ke petani durian, Dwi Astutiek mempertanyakan, apakah salah sebagai ibunya masyarakat Jawa Timur, melalui Call to Action, Khofifah membantu meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan mereka.
"Apa ini salah? Apa salahnya? Dimana klirunya? Bukankah yang dilakukan Ibu Khofifah itu bagian dari moderasi teknik marketing untuk menjangkau audiens yang lebih luas di zaman yang serba digital seperti saat ini?" Tukas perempuan yang juga dikenal aktif dalam kegiatan misi kemanusiaan ini.
"Bukankah itu wujud konkrit keberpihakan pemimpin pada rakyatnya ? Kok malah dihujat dan disalahkan?" Imbuhnya.
Karena itu, ketika para petani durian, yang ada di Desa Ngaglik Kecamatan Srengat Kabupaten Blitar sedang panen raya dan ingin hasil panennya mendunia, Khofifah coba membantu melalui pengaruhnya.
Ia datang sekaligus mempromosikan - Republik Durian - sebagai salah satu destinasi wisata Durian yang dimiliki masyarakat Kabupaten Blitar.
"Goalnya jelas, melalui content marketing seperti itu, memungkinkan petani menjangkau audiens yang lebih luas, baik lokal maupun global. Bukan sekedar efisien, tapi juga tanpa biaya," katanya.
Masih menurut Dwi, cara kerja seperti membela petani durian tersebut, hanyalah satu dari sekian ratus kerja konkret Khofifah yang tak pernah diumbar ke publik dan media massa.
"Tak seperti orang pada umumnya. Baru bicara saja, sudah dianggap kerja," Sindir Neng Dwi
Karena itu ,dia menyayangkan, apa yang dilakukan Khofifah selama ini hanya dibaca oleh mereka dari satu sudut pandang biasa. Tidak pernah menggali tujuan dan maknanya.
"Ingin menggapai puncak, dengan cara mendepak. Ingin berprestasi namun menyakiti Bukankah ini cara keji dalam berdemokrasi," sindirnya kembali.
Yang sungguh tidak dapat dinalar adalah saat Khofifah memandu sholawatan, tetap saja mereka sudutkan. Padahal itu adalah tradisi yang selama ini menjadi salah satu karakter warga Nahdliyin.
Visual yang sebenarnya sangat menarik, kegiatan yang sangat menyejukkan, dipotong potong sesuai selera dan kebutuhan politik mereka.
Editor : Trisna Eka Adhitya