get app
inews
Aa Text
Read Next : Tingkatkan Kemandirian Ekonomi, Gubernur Jatim Gelontorkan Berbagai Bantuan Sosial di Jombang

Khofifah Diserang Netizen, Dwi Astutiek Sebut Ada Barisan Sakit Hati

Jum'at, 02 Mei 2025 | 11:17 WIB
header img
Gubernur Khofifah Indar Parawansa saat mempromosikan durian di Blitar. (Foto: Istimewa)

SURABAYA, INEWSMOJOKERTO.ID - Tak ada angin tak ada hujan, Khofifah Indar Parawansa mendadak diserang membabi buta di media sosial. Sudah lebih dari dua minggu, Gubernur Jawa Timur ini disudutkan dan direndahkan oleh beberapa netizen tanpa tahu apa salah dan sebabnya. 

Di-framing tidak pandai bekerja, dibanding bandingkan dengan Dedy Mulyadi (Gubernur Jawa Barat) yang belum genap 6 bulan menjabat, hingga diletakkan di bawah kinerja Tri Rismaharini- mantan Cagub Jatim yang berduet dengan Gus Hans (Zahrul Azhar Asumta) namun kalah telak dari Khofifah.

Tak hanya itu, dalam narasi yang beredar di sejumlah media sosial, Khofifah juga digambarkan sebagai gubernur yang hanya berpangku tangan melihat penderitaan warganya.

Akademisi FISIP UIN Sunan Ampel Surabaya DR. Dwi Astutiek, SAg, MSI., menilai dari cara mproduksi isue, mengangkat tema, teknik membuat judul, visual  yang dipilih, hingga cara menyusun narasi dan Call to Action (CTA), mempertegas hanya ada dua kemungkinan.

"Kemungkinan pertama, adanya indikasi gerakan menjatuhkan nama besar ibu Khofifah ini diinisiasi oleh kelompok yang tergabung dalam Barisan Sakit Hati (BSH)," kata Dwi Astutiek kepada wartawan, Kamis (1/5/2025)

Kemungkinan ini wajar terjadi, karena dalam tiap perhelatan pilkada atau Pilpres, tidak setiap calon terpilih bisa menyenangkan semua orang. 

Dalam konsep "Publik Choice" system demokrasi, seringkali keputusan politik tidak dapat memuaskan semua orang karena preferensi dan kepentingan yang berbeda-beda. Ini pula yang terjadi pasca Pilgub Jatim beberapa bulan lalu. Begitu kandidatnya kalah, biasanya "residu" itu masih tersisa.

Kemungkinan kedua, lanjut perempuan yang juga Dosen FISIP Uinsa Surabaya ini, gerakan tersebut dikomandoi oleh beberapa orang pilihan yang sangat mungkin sudah terafiliasi dengan satu atau dua tokoh - baik secara langsung atau tidak - ingin memperbesar peluangnya maju dalam kontestasi Pilpres 2029.

"Dari dua kelompok tersebut, sejauh ini belum bisa kami pastikan, apakah mereka berjalan sendiri- sendiri atau berkolaborasi," terangnya. 

Tapi satu yang pasti, lanjut Dwi Astutiek, mereka ingin "mengkudeta" pamor politik Khofifah. Mendegradasi ketokohannya dan mengkerdilkan prestasinya. Jangan sampai Khofifah 'tumbuh lebih dewasa' dari kompetitornya.

Masih menurut Dewan Pakar Muslimat NU Jawa Timur ini, hanya Khofifah satu satunya tokoh perempuan paling potensial dalam sejarah politik Indonesia masa kini dan di masa yang akan datang. 

Khofifah, lanjut perempuan yang akrab disapa Neng Dwi ini, memiliki karir birokrasi dan politik yang cemerlang dengan gerbong muslimat yang menakjubkan. Jejaringnya menyebar rata, dari pusat kota hingga pelosok desa. 

Karena seksinya posisi Khofifah itulah,  akhirnya membuat kompetitornya menempuh cara-cara yang tidak biasa.
 
"Dan, cara yang tidak biasa itu, saat ini, hari ini, sudah mulai bekerja. Tidak saja senyap, tapi juga terang-terangan dan terbuka," kata Neng Dwi sembari menyebut beberapa peristiwa yang menyudutkan Khofifah belakangan ini.

Dwi Astutiek lantas menyebut beberapa contoh yang terang-terangan menyerang pribadi Khofifah. Ketika Khofifah mengenalkan dan mempromosikan salah satu jenis buah durian misalnya, kata Dwi Astutiek, mereka menyebut 'dadi gubernur kok malah jualan durian'. 

Sebagian malah ada yang menyandingkan visual Khofifah tersebut dalam kasus penahanan ijazah Nila Handiani bersama puluhan eks karyawan di CV Sentosa Seal, Margomulyo, Surabaya yang lagi viral belakangan ini. 

Sembari menunjukkan akun tersebut, dalam cuplikan video yang beredar luas, pemilik akun TikTok, terlihat berusaha mempengaruhi opini publik dengan narasi  dan visual yang menyesatkan.

Khofifah digambarkan sebagai pemimpin yang hanya sibuk seremonial. Berpangku tangan atas masalah yang dihadapi Nila Handiani dan kawan-kawannya. 

Video penggerebekan CV Sentosa Seal oleh Wawali Surabaya, Armuji dan ditutup oleh Walikota Eri Cahyadi beberapa hari lalu itu, disandingkan dengan video lama Khofifah saat berkunjung ke wisata Republik Durian di Desa Ngaglik, Kecamatan Srengat, Kabupaten Blitar 2024 lalu. 

Padahal, tanpa sepengetahuan warganet, tanpa diumbar ke publik, Khofifah sudah mengambil langkah tegas. Memanggil pemilik CV Sentosa Seal, Jan Hwa Diana. 

Khofifah memerintahkan pejabat terkait untuk mengurus kembali hilangnya ijazah para karyaIwan tersebut sesuai aturan yang berlaku.

Langkah ini dilakukan atas pertimbangan Jan Hwa Diana mengaku tidak pernah melakukan penahanan ijazah karyawannya karena seluruh proses rekrutmen dan administrasi dilakukan HRD yang sudah resign dari perusahaanya.

Kembali ke petani durian, Dwi Astutiek mempertanyakan, apakah salah sebagai ibunya masyarakat Jawa Timur, melalui Call to Action, Khofifah membantu meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan mereka.

"Apa ini salah? Apa salahnya? Dimana klirunya? Bukankah yang dilakukan Ibu Khofifah itu bagian dari moderasi teknik marketing untuk menjangkau audiens yang lebih luas di zaman yang serba digital seperti saat ini?" Tukas perempuan yang juga dikenal aktif dalam kegiatan misi kemanusiaan ini.

"Bukankah itu wujud konkrit keberpihakan pemimpin pada rakyatnya ? Kok malah dihujat dan disalahkan?" Imbuhnya.

Karena itu, ketika para petani durian, yang ada di Desa Ngaglik Kecamatan Srengat Kabupaten  Blitar sedang panen raya dan ingin hasil panennya mendunia, Khofifah coba membantu melalui pengaruhnya.

Ia datang sekaligus mempromosikan - Republik Durian - sebagai salah satu destinasi wisata Durian yang dimiliki masyarakat Kabupaten Blitar.

"Goalnya jelas, melalui content marketing seperti itu, memungkinkan petani menjangkau audiens yang lebih luas, baik lokal maupun global. Bukan sekedar efisien, tapi juga tanpa biaya," katanya. 

Masih menurut Dwi, cara kerja seperti membela petani durian tersebut,  hanyalah satu dari sekian ratus kerja konkret Khofifah yang tak pernah diumbar ke publik dan media massa. 

"Tak seperti orang pada umumnya. Baru bicara saja, sudah dianggap kerja," Sindir Neng Dwi 

Karena itu ,dia menyayangkan, apa yang dilakukan Khofifah selama ini hanya dibaca oleh mereka dari satu sudut pandang biasa. Tidak pernah menggali tujuan dan maknanya.

"Ingin menggapai puncak, dengan cara mendepak. Ingin berprestasi namun menyakiti Bukankah ini cara keji dalam berdemokrasi," sindirnya kembali.

Yang sungguh tidak dapat dinalar adalah saat Khofifah memandu sholawatan, tetap saja mereka sudutkan. Padahal itu adalah tradisi yang selama ini menjadi salah satu karakter warga Nahdliyin.

Visual yang sebenarnya sangat menarik, kegiatan yang sangat menyejukkan, dipotong potong sesuai selera dan kebutuhan politik mereka. 

"Suka melukis baju orang lain tapi tidak pandai merawat  baju sendiri. Inilah kelemahan sebagian tokoh dan masyarakat kita saat ini," kritik perempuan yang juga dosen tetap di Universitas Sunan Giri (Unsuri) Surabaya. 

Selain durian dan sholawatan, masih banyak content berseliweran di Tik Tok datang hampir beriringan seperti banjir di tengah kemarau. Mereka menyerang dengan diksi dan narasi sangat tidak elok dalam iklim demokrasi saat ini.

Ditengah banyaknya netizen yang menyerang Khofifah, apa mereka pernah tau bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat Jawa Timur di bawah kepemimpinan Khofifah itu menjadi yang terbaik nomor dua di Indonesia setelah DKI Jakarta. Ini bisa dilihat dari kontribusi ekonomi Jatim yang cukup besar terhadap PDB Indonesia dan PDRB Pulau Jawa. 

Indikator Kesejahteraan itu antara lain terlihat dari tngkat pendidikan, pelayanan kesehatan, dan struktur demografi di Jawa Timur yang relatif baik di banding daerah lain. Tak hanya itu, Jawa Timur juga menjadi kontributor ekonomi terbesar kedua di Indonesia setelah DKI Jakarta. 

Dalam bidang ekonomi kreatif, saat ini, di bawah komando Khofifah, Jawa Timur juga tercatat menjadi kontributor terbesar kedua dalam ekonomi kreatif nasional. Capaian membanggakan juga bisa dilihat di bidang pertanian. 

Kepala  Dinas Pertanian Jawa Timur, DR. Ir. Heru Suseno, MT mengatakan,  bahwa merujuk  data BPS RI per 8 April 2025, luas panen Propinsi Jawa Timur Januari-Mei 2025 diprediksi mencapai 964.768 hektare. 

Catatan itu meningkat jika dibandingkan tahun 2024, dimana luas panen tahun 2024 Januari - Mei mencapai sebesar 859.957 hektare. 

"Jawa Timur menyumbang 25 persen atau setara seperempat luas tanam nasional pada April tahun ini sekaligus area tanam terluas se Indonesia " kata Heru Suseno, Rabu (30/4).

Itulah sebabnya,  luas panen Jawa Timur  menjadi yang terbesar dibanding dua Propinsi terbesar penghasil padi, yaitu Jawa Tengah sebesar 811.994 Ha dan Jawa Barat 753.287 Ha.

Melihat prestasi itu, Dwi berpesan,  bagi yang suka membanding bandingkan Khofifah dengan yg lain, bagi yang menuduh Khofifah tidak pandai bekerja, hanya berpangku tangan, tidak membela rakyatnya, lihatlah kinerja dan prestasinya. 

"Tanyakan secara obyektif dan proporsional, kepada masyarakat Jawa Timur. Bukan kepada kelompok yang tergabung dalam Barisan Sakit Hati," pungkas Dwi Astutiek.

Editor : Trisna Eka Adhitya

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut