"Bagi Kiai Wahab sendiri, NU merupakan sebagai wasilah (sarana) menuju keselamatan di dunia dan akhirat, sesuai dengan tuntunan Islam ala Ahlussunnah wal Jamaah, dam sekaligus sebagai sarana mengabdi pada negara, untuk mewujudkan masyarakat dan negara yang berdaulat, religius," sebut Mun'im.
Disampaikan Mun'im, Kiai Wahab adalah seorang pemimpin visioner, selalu memikirkan persoalan jauh ke depan, dan selalu bertindak strategis, karena menguasai geopolitik internasional, sehingga dalam berpolitik, tidak pernah berspekulasi, melainkan bertindak berdasarkan pemahaman yang jelas tentang situasi dan peta pertarungan.
"Dengan begitu, bisa mengambil sikap dan posisi secara tepat, sehingga tahu tindakan apa yang harus dilakukan. Meski dalam sitasi sulit tetap optimis, apalagi sebagai seorang Rais Aam pemimpin tertinggi NU, Kiai Wahab selalu aktif memberikan irsyad (arahan), agar Nahdliyin di seluruh penjuru tanah air tahu bagaimana harus bersikap dan ke mana harus bertindak sehingga mereka melek politik tahu arah dan bersemanga karena punya harapan," ujarnya.
Ia menjelaskan, kiprah pertama Kiai Wahab untuk bangsanya dimulai dengan mendirikan kelompok diskusi Nahldatul Wathan (Kebangkitan Bangsa) pada tahun 1916, kemudian berkembang menjadi Madrasah Nahdalatul Wathan. Juga mendirikan kelompok studi bernama Tashwirul Afkar (dialog pemikiran) pada tahun 1918, semuanya bertujuan untuk mencerdaskan bangsa dan menumbuhkan semangat cinta tanah air pada bangsanya yang masih terjajah.
"Tidak hanya itu, Kiai Wahab juga mengajarkan kemandirian ekonomi dengan mendirikan serikat dagang yang disebut Nahdlatut Tujjar," katanya.
Tahun 1918 untuk membangun kemandirian ekonomi umat untuk menjaga kemandirian berpikir. kemandirian berpikir ini juga sangat penting untuk menjaga kemandirian politik, agar tidak tunduk pada kemauan dan tipuan Belanda. Dengan kemandirian itulah orang memiliki kepercayaan diri yang tinggi.
Ketua Umum Yayasan Pendidikan Tinggi Bahrul Ulum (YPTBU) yang menaungi Unwaha, Hj Hizbiyah Wahab mengatakan, buku ini bukan hanya sekedar karya biografi, tetapi juga warisan berharga yang dapat memberikan inspirasi bagi generasi muda untuk meneladani semangat perjuangan Kiai Wahab dalam membela agama dan negara.
Editor : Trisna Eka Adhitya