"Dusun Tronyok, Pedes dan Bangle Desa Sukorejo sangat terdampak. Kemungkinan juga Dusun Cangkring Desa Cangkringrandu juga terdampak, karena berdekatan," imbuh Saddam.
Pabrik pengolahan limbah telur menjadi pakan lele yang lokasinya di sawah dusun Temon, Temuwulan itu diketahui sudang berjalan tiga tahun ini. Saddam menyebut warga terpaksa hari ini mendatangi pabrik tersebut karena sudah tidak tahan dengan bau menyengat.
"Kami menerima banyak aduan dari masyarakat, aduan itu sudah beberapa kali kita komunikasikan ke pihak pabrik tetapi belum ada solusi sehingga warga langsung mendatanginya hari ini. Tadi secara lisan pemilik pabrik menyanggupi tuntutan warga untuk mengelola limbah dengan baik. Setelah ini, kami akan meminta perjanjian tertulisnya," ucapnya.
Pemilik pabrik, Heri Purnomo mengaku akan melakukan sejumlah perbaikan-perbaikan dalam pengelolaan limbah. Di antaranya akan menambah lubang resapan agar bau tidak keluar.
"Solusinya, saya bikin lubang resapan lagi. Sekarang sudah ada tapi saya rasa masih kurang nanti saya tambah lagi, solusi kedua saya pagar dan mereka bisa menerima solusi itu. Besok langsung kita bikin lubang resapan lagi," katanya.
Heri menjelaskan, pengelolaan limbah telur sudah berjalan selama tiga tahun ini. Adapun prosesnya yakni, pertama telur-telur itu dihancurkan. Setelah itu dipilah cangkangnya. Sedangkan cairannya dimasak sedemikian rupa hingga hasil masakannya dikasihkan ke lele.
"Adanya bau itu karena timbul proses pemasakan tadi. Bau masih diambang toleransi, nyatanya sudah (berjalan) tiga tahun. Kalau memang mengganggu kan harusnya sudah tahun-tahun pertama," katanya.
Heri kembali berjanji akan menambah lubang untuk resapan limbah yang dikeluhkan warga. "Sekarang sudah ada dua lubang, sudah ada (penampungan khusus), akan kita tambah lagi," pungkasnya.
Editor : Trisna Eka Adhitya