get app
inews
Aa Text
Read Next : Gawat! Indonesia Darurat LIterasi

Profil Multazamudz Dzikri, Aktivis Modal Cekak Sukses jadi Anggota DPRD Jatim

Senin, 02 September 2024 | 11:44 WIB
header img
Multadzamudz Dzikri saat pelantikan DPRD Jatim. (Foto: Istimewa)

"Tahun itu juga saya sebagai senat (mahasiswa) pernah melakukan penolakan saat konvensi IAIN menjadi UIN," kata Azam, yang juga alumnus Fakultas Tarbiyah, UIN Sunan Ampel Surabaya itu, Senin (2/9/2024).

Menjadi legislator ia tekuni sejak masih duduk di bangku kuliah. Lulusan S2 Prodi Pendidikan Islam itu melakoninya saat masih menjadi Ketua Senat Mahasiswa kala itu, sekira Tahun 2011-2012.

Ia menjadi salah satu inisiator terciptanya forum diskusi legislatif mahasiswa se-Surabaya. Saat itu, forum tersebut dipromotori oleh dua Ketua Senat dari UIN Sunan Ampel Surabaya (UINSA) dan Universitas Surabaya (UNESA). 

Forum diskusi tersebut, cukup aktif dan bergengsi kala itu, ia sempat mondar-mandir keliling kampus untuk memimpin diskusi dan kajian. Anggotanya juga di dominasi oleh serikat mahasiswa pergerakan, mulai dari PMII, HMI, GMNI, dan organisasi mahasiswa lainnya.

Kelincahannya membuat forum diskusi membuatnya dikenal sebagai sosok yang tak pelit ilmu, hingga banyak yang memintanya untuk memimpin diskusi setiap kali ada seminar ataupun diskusi sederhana di warung kopi.

"Dari situ akhirnya diangkat menjadi kordinator pusat FLLMI (Forum Lembaga Legislatif Mahasiswa Indonesia)," jelas Azam.

Azam juga dikenal arogan saat masih di kampus. Lulusan S1 Jurusan Kependidikan Islam (KI) tersebut dikenal bolak-balik menjadi tukang gembok fakultas hingga rektorat. Ia hampir tak punya maaf kepada kebijakan-kebijakan yang berstigma tak wajar.

Sikap arogan tersebut berlatar pada pemikiran kritis dan juga keresahan yang dialami para mahasiswa kala itu. Ia bercerita jika, demonstrasi hingga gembok-gembok kampus hal yang biasa kala itu.

Aksi tersebut bukan tanpa alasan. Menggembok kampus adalah bentuk sikap kritis-nya bersama PMII kala itu. Tujuannya untuk mendesak dekan dan rektor segera memberikan hak dan kelayakan belajar bagi seluruh mahasiswa.

"Ada kalanya dosen itu jarang masuk ke kelas, proyektor habis, belum lagi kebijakan kampus yang memungut biaya-biaya tambahan tapi tidak ada programnya," ucap Azam.

Editor : Trisna Eka Adhitya

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut