JOMBANG, iNewsMojokerto.id - Harga gabah di tingkat petani Jombang dikabarkan anjlok dari harga pembelian pemerintah (HPP) gabah dan beras ketetapan pemerintah. Informasi itu langsung direspon pimpinan badan urusan logistik (Bulog) cabang Mojokerto dengan langsung turun ke Jombang yang masih menjadi wilayah kerjanya.
Pimpinan Cabang Bulog Mojokerto Rusli bersama tim melakukan cek lapangan di sejumlah kecamatan di Jombang, yakni Bareng, Mojowarno, Sumobito, Kesamben, Ploso, Megaluh, Tembelang. Hasil dari pengecekan tersebut, rata-rata harga gabah di angka Rp6.000-Rp6.050 namun ada titik sebagian kecil di harga Rp5.800.
"Kami tidak menginginkan harga gabah murah di lapangan karena Pemerintah sudah memutuskan kenaikan harga untuk menambah pendapatan petani, produksi meningkat. Untuk gabah kering giling dari Rp6.300 naik ke Rp7.400 dan beras medium Rp11.000," kata Bos Bulog Mojokerto ini, Rabu (1/5/2024).
Terkait adanya informasi harga gabah murah, Rusli menyebut ada kondisi tertentu pada padi di sawah sehinggga menyebabkan harganya turun. "Ada informasi harga gabah di bawah Rp 5000, setelah kita telusuri itu padi yang tumbang, terendam air, hasilnya gak sebagus padi yang bagus, kemudian kondisi panen hujan jadi harganya diturunkan," kata dia.
Rusli menegaskan bahwa jika padi dalam kondisi tidak bagus dengan berat air yang masuk banyak, maka akan berpengaruh pada kualitas beras yang dihasilkan.
"Kalau baru tumbang 1-2 hari masih bisa, tapi kalau sudah lebih dari itu pasti beda apalagi terendam air padi bisa berwarna kecokelatan, selanjutnya saat digiling muncul pletik kuning itu orang tidak mau beli dengan harga standar," ucapnya
Pun demikian menurut Rusli terkait dengan harga gabah Rp5.200-Rp5.300 di petani wilayah Jombang berdasarkan informasi yang ia terima, kondisi tersebut terjadi sebelum hari raya lebaran lalu. "Kami mendapat statemen itu dari beberapa pengepul di Jombang jika sebelum hari raya gabah dengan harga segitu karena salah satunya alat kombi yang susah cari, dan kondisi cuaca hujan lebat," kata dia.
Sementara itu, Hudi salah satu petani dan penebas gabah padi di Kecamatan Kesamben mengatakan jika harga gabah kering panen (GKP) saat ini mengalami kenaikan dibanding keadaan sebelum dan sesudah hari raya lebaran lalu.
"Kalau sekarang di harga Rp6.000 per kilogram memang waktu sebelum dan sesudah hari raya kondisi hujan lebat, pabrik banyak yang tutup tidak ada yang beli di harga Rp5.200," ucapnya.
Hudi menyebut untuk wilayah kecamatan Kesamben masa panen padi hampir berakhir, dan sejumlah petani mempersiapkan sawahnya untuk ditanami kembali. "Saat ini hanya di Kecamatan Megaluh yang baru-baru ini mulai panen," ujarnya.
Petani lain, Hasyim mengatakan kenaikan harga GKP di Kecamatan Megaluh yang saat ini masih berada di musim panen, berada di angka Rp5.900 yang alami kenaikan dari harga Rp5.500. "Gabah dari petani ini harga Rp5.900, terendah Rp5.500 waktu puasa. Di Desa ini baru mulai panen, tapi di Desa lain sudah ada yang habis," katanya.
Anggota Perpadi Indonesia (Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras) Muhammad Soleh menambahkan, untuk harga gabah di Kabupaten Jombang terendah adalah Rp5.800 per kilogram. "Kalaupun di bawahnya ada Rp5.500 kualitasnya di kualitas nomor dua, Bahkan di Megaluh sekarang ada yang di harga Rp6.000-Rp6.050," kata Soleh.
Menurutnya ada kondisi harga gabah turun, namun itu terjadi pada momen sebelum hari raya lebaran karena faktor cuaca dan kondisi padi kurang baik.
"Perkiraan saya memang sebelum hari raya, petani kesulitan cari alat untuk panen (kombi), padi disawah terlalu lama juga rusak akhirnya dibeli tengkulak yang punya alat dan untun kebutuhan hari raya ya dikasihkan aja harga berapapun," pungkas dia.
Editor : Arif Ardliyanto