get app
inews
Aa Text
Read Next : Ikfina-Gus Dulloh Apresiasi Warga Gondang, Kembangkan UMKM dan Potensi Desa

Makin Renyah, Opak Japit Afiyah Sukses Melancong hingga Jakarta

Selasa, 30 April 2024 | 23:33 WIB
header img
Pandemi membawa berkah bagi perajin opak japit Umu Afiah.

LAMONGAN, iNews.id – Umu Afiyah sibuk mengemas opak japit bersama suami dan tiga orang karyawan, Rabu (24/4/2025). Tumpukan opak japit itu ditata dengan hati-hati agar tidak sampai remuk.

Mengemas opak japit ke dalam plastik merupakan tahap paling sulit di industri rumah tangga ini. Butuh ketelatenan untuk bisa melakukannya, sehingga opak japit bisa tersusun rapi dan tidak rusak.

Itu sebabnya, Umu sering kewalahan saat mendapat pesanan dalam jumlah besar. Dia tidak bisa menyelesaikannya dalam waktu singkat.

Situasi itu pernah terjadi saat dia mendapat pesanan sebanyak 2.000 bungkus untuk acara pernikahan. Beruntung, opak japit itu bisa diselesaikan, kendati harus molor hingga sepekan.

“Saya tidak mau asal-asalan. Sebab, ini menyangkut kualitas,” kata Perempuan yang juga guru mengaji ini.

Urusan satu ini memang menjadi prioritas bagi Umu. Bukan hanya soal penampilan tetapi juga rasa. Sebab, dia tidak ingin pelanggannya kecewa, sehingga berakibat tidak baik pada usahanya.

Kendati demikian, usaha opak japit yang dirintis lima tahun lalu ini tidak pernah sepi. Jumlah produksinya terus bertambah dan datang dari segala arah.

Bukan hanya dari sekitar tempat tinggalnya di Babat, Lamongan, tetapi hingga ke luar kota. Beberapa di antaranya Mojokerto, Gresik hingga Kota Surabaya.

“Kapan hari juga ada yang pesan dari Jakarta. Untuk hajatan,” tuturnya.

Selain perorangan, pelanggan opak japit buatannya juga beberapa toko dan reseller. Biasanya opak japit itu akan dibeli dalam jumlah besar untuk dijual kembali.

Umu bersyukur ada banyak pihak yang membantu memasarkan, sehingga dia tidak bingung lagi. Karena itu, selama ini dia hanya fokus memproduksi.

Setiap hari rata-rata dia memproduksi 10 kilogram. Jumlah itu bisa bertambah tergangung kebutuhan.  

Untuk kebutuhan produksi itu, Umu mempekerjakan enam orang warga sekitar. Masing-masing tiga orang bertugas memasak (mencetak) dan tiga orang lagi untuk mengemas.

Hikmah Pandemi

Umu menceritakan, usaha pembuatan opak japit dirintis tanpa sengaja. Semua bermula dari kebutuhan biaya putra sulungnya di pondok pesantren pada tahun 2019.

Karena tak punya biaya, Umu nekat membuat opak japit untuk dipasarkan di koperasi pesantren. Harapannya, uang dari hasil penjualan itu bisa dipakai untuk biaya hidup putranya selama di pondok.

“Ternyata laku. Malah pihak koperasi minta rutin dikirimi,” tuturnya.

Sadar atas peluang itu, Umu mulai memperbanyak jumlah produksinya. Tidak hanya memenuhi pesanan koperasi, tetapi juga beberapa toko kelontong di Desa Datinawong, tempat tinggalnya.

Setahun berselang, pandemi Covid-19 melanda negeri ini. Umu sempat dibikin pusing karena pesanan tak seramai sebelumnya, sehingga dia mencoba memasarkannya lewat media sosial. Itu pun untuk beberapa teman dan kolega saja.

Tak disangka, pesanan justru semakin banyak. Beberapa di antaranya dari Kabupaten Gresik, Mojokerto hingga Surabaya.

Kendati demikian Umu sempat pusing. Sebab, butuh modal lumayan banyak untuk melayani pelanggannya itu. Bukan hanya biaya produksi, tetapi juga pengiriman.

Beruntung ada Bank Rakyat Indonesia (BRI) yang menjadi solusi. Berbekal foto usaha dan STNK motor, Umu mengajukan Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebesar Rp15 juta. Modal inilah yang menjadi rintisan usaha opak japit dengan merek dagang Camilan Afiyah semakin berkembang.

Di tahun itu pula, Umu mengurus legalitas usaha hingga mendapatkan nomor PIRT (Pangan Industri Rumah Tangga). Kini, produksi opak japit bisa menjadi andalan pendapatan Umu dan keluarga.

“Kami bersyukut atas semua rezeki ini. Apalagi, usaha ini juga bisa membawa manfaat untuk warga sekitar,” tuturnya.

Direktur Bisnis Mikro BRI Supari mengatakan, KUR BRI selama ini sukses menaikkelaskan pelaku UMKM. Sepanjang Januari hingga September 2023 misalnya, BRI telah menaikkelaskan sebanyak 2,3 juta debitur. Rinciannya, sebanyak 251.000 pelaku usaha naik kelas dari KUR Super Mikro ke KUR Mikro.

Kemudian dari KUR Mikro ke KUR kecil sebanyak 1,9 juta debitur dan KUR Kecil ke Kredit Komersial sebanyak 13.000 debitur. 

Dikutip dari situs resmi BRI, terdapat tiga jenis kredit usaha mikro yang bisa dimanfaatkan oleh nasabah untuk mengembangkan usahanya, yakni KUR Micro dengan maksimal pinjaman Rp50 juta, KUR Kecil dengan plafond hingga Rp500 juta serta KUR TKI dengan plafond maksimal Rp25 juta.

Editor : Arif Ardliyanto

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut