MOJOKERTO, iNewsMojokerto.id - Agama Syiwa-Buddha merupakan kepercayaan khas masyarakat Majapahit. Konsep kepercayaan ini tidak ditemukan pada masa kerajaan sebelumnya.
Agama Syiwa-Buddha adalah salah satu poin yang menarik diperbincangkan dalam membaca kebesaran Majapahit. Poin ini akan semakin memperluas wawasan mengenai betapa kaya peradaban kerajaan yang dibangun oleh Raden Wijaya ini.
Agama Syiwa-Buddha merupakan produk khas kebudayaan Majapahit. Dapat dikatakan, bukti temuan peninggalannya juga hanya diwariskan oleh zaman Majapahit saja.
Apa dan bagaimana sebenarnya konsep kepercayaan khas Majapahit ini? Bagaimana korelasi agama Syiwa-Buddha dengan agama lain yang berkembang di masa Majapahit atau sebelumnya?
Apa itu agama Syiwa-Buddha?
Agama Syiwa-Buddha dapat dipahami sebagai sinkretisme atau percampuran antara agama Hindu dan agama Buddha. Ajaran ini seolah berkembang untuk "menjembatani" konsep Hindu dan Buddha.
Dalam skripsinya, Fadhli Mubarok, "Eksistensi Agama Siwa-Budha", menyebut sinkretisme Syiwa-Buddha yang terjadi di masa Majapahit adalah suatu gejala keagamaan yang sangat komplek. Syiwa-Buddha merupakan cerminan karakter feminim dan maskulin dalam diri manusia.
Agama Hindu dan Buddha di wilayah Nusantara pada mulanya diterima sebagai agama yang berbeda. Keduanya memiliki konsep masing-masing.
Namun, uniknya, pada masa Majapahit, kedua konsep agama ini mengalami pernyatuan. Masyarakat memadukan para dewa Hindu dan dewa Buddha dalam satu laku religi.
Kemunculan Siwa-Budha diawali dengan berkembangnya ajaran tantra di Nusantara. Perkembangan tantra ini mendorong terjadinya fusi antara sivaisme dan buddhisme.
Agama Syiwa-Buddha dan Masa Sebelum Majapahit
Konsep mengenai Syiwa-Buddha baru ditemukan pada peninggalan Majapahit. Konsep ini tidak ada di masa sebelum Majapahit.
Dua karya tulis penting yang merekam adanya kepercayaan Syiwa-Buddha di masyarakat Majapahit adalah Kakawin Sutasoma dan Kakawin Arjunawijaya. Keduanya merupakan karya yang digubah oleh Mpu Tantular.
Selain itu, konsep Syiwa-Buddha juga dapat ditemukan pada proses pendharmaan sang Maharaja pertama Majapahit, Prabu Wijaya.
Kakawin Nagarakretagama menyebut lokasi pendharmaan Prabu Wijaya di Antahpura dan Candi Simping. Dalam sebuah penelitian oleh arkeolog Yogyakarya, Nurhadi Rangkuti menyebut pendharmaan di Antahpura dilakukan secara Buddha, di Simping secara Hindu (Syiwa).
Editor : Trisna Eka Adhitya