get app
inews
Aa Text
Read Next : Jejak Majapahit di Tuban, Goa Suci dan Watu Gajah

"Sirna Ilang Kertaning Bumi" Makna Sengkalan Jawa Berhubungan dengan Runtuhnya Majapahit

Rabu, 31 Agustus 2022 | 10:36 WIB
header img
Makna Sirna ilang kertaning bhumi dikaitkan dengan Majapahit. (Foto: ilustrasi/Bessi)

MOJOKERTO, iNewsMojokerto - Kapan tepatnya Majapahit runtuh masih belum dapat dipastikan. Namun masa perkiraan hancurnya kerajaan yang dibangun Prabu Wijaya ini .

Masa kehancuran Majapahit diperkirakan terjadi pada masa Brawijaya V yaitu antara 1478-1527 M. Beliau dikethau memerintah antara tahun tahun 1474—1498 M, dengan ibu kota di Daha. 

Pebutan kekuasaan dan pemindahan ibukota dari Trowulan ke Daha pada tahun 1478 menjadi titik awal pembacaan sejarah kehancuran Majapahit. Agaknya hal ini berkaitan pula dengan sebuah sengkalan terkenal dalam tradisi Jawa. 

Dalam buku Kearifan Lokal Epigrafi Islam Masa Majapahit pada Makam Troloyo, Imam Mashud menyebutkan adanya satu sengkalan atau penanda waktu yang terkenal dalam tradisi lisan masyarakat Jawa. Penanda waktu ini berupa  konogram.

"Sirna ilang kertaning bumi" adalah candrasengkalan yang dimaksud. Bagaimana cara membacanya? Imam Mashud menguraikan dalam bukunya sebagai berikut. 

Sengkalan adalah pennda waktu yang digunakan oleh orang Jawa di masa lalu. Tiap kata merujuk pada angka tertentu. Sirna merujuk pada angka (0), ilang merujuk pada angka (0), kertaning merujuk pada angka (4), dan bumi adalah (1). 

Sebagai penanda waktu sengkalan ini dibaca dari belakang. Maka didapatkan 1400 merujuk pada tahun Saka.

Dengan demikian sengkalan ini merujuk pada 1478 M. Makna harfiah dan simbolik sengkalan ini dikaitkan dengan masa runtuhnya Majapahit oleh beberapa sejarawan.

"Sengkalan ini menurut tradisi lisan adalah tahun berakhirnya kekuasaan Majapahit di Nusantara. Sengkalan ini harus dibaca terbalik sebagai 0041, yakni tahun 1400 Saka atau 1478 Masehi. Arti sengkalan ini adalah “sirna hilanglah kemakmuran bumi," tulis Imam Mashud dalam bukunya.

Lebih lanjut, Imam mengutip bahwa beberapa sejarawan menjelaskan sengkalan ini sebagai gambaran gugurnya Bhre Kertabumi raja ke-11 Majapahit pada 1478 oleh Girindrawardhana (Brawijaya V).

Sementara itu dalam berita Portugis, runtuhnya Majapahit terjadi pada permulaan abad ke-16 atau tahun 1520 M. Berdasarkan berita tersebut, pada 1489, orang-orang sebelah timur masih menyembah berhala, kecuali di Malaka, pantai Sumatra, kota-kota besar di pesisir utara Pulau Jawa, dan Kepulauan Maluku yang telah memeluk agama Islam.

Sebenarnya banyak sejarawan yang speakat bahwa titik awal kehancuran Majapahit bisa ditelusuri sejak peristiwa Paregreg. Namun, sepeninggal Bhre Kertabhumi pada 1478 itu menandai titik tolak baru bagi Majapahit.

Pada tahun itu, ibukota kerajaan dipindah dari Trowulan ke Daha. Inilah yang menjadi poin penguat yang menarik perhatian para sejarawan ke tahun 1478.

Editor : Trisna Eka Adhitya

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut