get app
inews
Aa Text
Read Next : Jejak Majapahit di Tuban, Goa Suci dan Watu Gajah

Majapahit dan Tanah Liat Ternyata Tak Terpisahkan

Minggu, 21 Agustus 2022 | 18:01 WIB
header img
Terakota rumah dari masa Majapahit. (Foto: Inspirasi Majapahit)

MOJOKERTO, iNewsMojokerto.id - Kehidupan masyarakat Majapahit dan tanah liat seolah tidak terpisahkan. Betapa  penting keberadaan tanah liat dengan kehidupan sehari-hari masyarakat Majapahit barangkali tidak bisa ditemukan dalam sejarah kerajaan kuno lain di Indonesia.

Tanah liat adalah satu bukti sejarah teknologi peradaban nusantara. Produk tanah liat khas Majapahit bahkan menjadi salah sumber data utama pembacaan arkeologi terhadap kerajaan terbesar di Indonesia ini.

Dalam buku "Inspirasi Majapahit" karya Yayasan Arsari Djojohadikusumo, peran dan fungsi tanah liat bagi masyarakat Majapahit diuraikan lebih dari sekadar bahan kerajinan. Bukti-bukti peninggalan karya tanah liat ini berbicara mengenai hal yang lebih besar.

Relasi manusia dan tanah liat sebenarnya telah dimulai pada masa Neolitikum. Masa itu terjadi sekitar lebih dari 4000 tahun yang lalu.

Kemunculan tanah liat dalam kehidupan masyarakat Majapahit adalah pengaruh dari beberapa kebudayaan yang saling berinteraksi dengan kerajaan ini. Meski demikian, tanah liat berkembang menemukan peran pentingnya sendiri di kalangan masyarakat Majapahit. 

Di masa  Majapahit, selain sebagai wadah aktivitas rumah tangga, tanah liat digunakan untuk berbagai bentuk ekspresi. Hal ini tampak dari temuan terakota berbentuk kepala manusia, binatang (burung, babi), dan lain-lain. 

Sebagai bahan baku arsitektur, tanah liat digunakan untuk jobong sumur hingga hiasan atap rumah. Dari sana para sejarawan menyimpulkan bagaimana masyarakat Majapahit memiliki kemampuan menggabungkan teknologi bangunan dengan seni. 

Barang yang dibuat dari tanah liat tampak seperti ‘barang mainan’ dan juga barang yang fungsional. Setiap karya tanah liat Majapahit dikerjakan dengan teknik yang serupa, dikeringkan dan dibakar. 

Menurut hasil observasi etnografi di Trowulan, perajin menyebutkan bahwa untuk mengerjakan barang-barang seni tersebut, diperlukan tempat yang teduh dan kehati-hatian. Tanah liat perlu proses pengerjaan khusus.

Untuk dapat dibentuk menjadi perlengkapan, tanah liat harus diayak dan dicampur dengan pasir halus. Setelah dibentuk atau dicetak, pengeringan dilakukan di tempat teduh, bukan di tempat terbuka yang langsung kena sinar matahari.

Selain terakota, tanah liat muncul sebagai produk khas Majapahit dalam bentuk batu bata. Batu bata khas Majapahit yang berwarna merah jingga itu hingga kini menjadi penanda khas kerajaan yang didirikan Raden Wijaya ini.

Bangunan-bangunan penting kerajaan dibentuk dari batu bata yang khas tersebut. Beberapa yang bisa dijejaki hari ini misalnya Situs Sumur Upas dan Kolam Segaran.

Di Trowulan, hingga kini produksi dan pemanfaatan tanah liat masih terus dilestarikan. Dengan pengetahuan yang lebih modern, masyarakat Majapahit  menjadikan tanah liat sebagai 'trademark' pariwisata.

Tidak sulit menemukan produk terakota Majapahit yang berbahan tanah liat. Terutama saat berkunjung langsung ke kawasan Trowulan. Jejak relasi tanah liat dan masyarakat Majapahit bisa diamati lewat produk seni oleh-oleh dan industri batu bata.

Editor : Trisna Eka Adhitya

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut