MOJOKERTO, iNews.id - Desa Bejijong telah ditetapkan sebagai kawasan cagar budaya peringkat nasional. Desa ini populer dengan sebutan "Kampung Majapahit".
Desa Bejijong adalah kawasan wisata dengan pilihan kegiatan berbasis seni-budaya, sejarah, alam dan industri kreatif. Jadi, sebenarnya ada sangat banyak hal yang bisa dilakukan di Desa Bejijong.
Dikutip dari laman Kemenparekraf, Desa Bejijong adalah satu dari sedikit wisata dengan konsep One Village multy product. Itu adalah konsep satu lokasi semua terangkum dalam satu paket wisata.
Berikut ini rekomendasi kegiatan untuk dilakukan di Desa Bejijong yang dirangkum tim iNews khusus untuk pembaca sekalian. Berbagai kegiatan seru ini seolah tidak cukup dilakukan dalam agenda satu hari.
1. Melihat Candi Brahu
Sebagai kawasan wisata sejarah, Desa Bejijong dikelilingi oleh situs arkeologi yang berkaitan dengan Majapahit. Salah satunya adalah Candi Brahu.
Candi peninggalan Majapahit ini diduga dibangun pada abad 15. Dengan tampilan khas bangunan Majapahit, Candi Brahu adalah bangunan candi tunggal yang dibangun dari susunan bata merah.
Melihat tampilan Candi Brahu, bisa membawa imajinasi kembali ke masa Majapahit. Bentuk Candi Brahu yang khas candi Jawa Timur tentu memberi nuansa berbeda dengan suasana candi Jawa Tengahan.
Di sekitar Candi Brahu pun terdapat banyak kecil seperti Candi Muteran, Candi Tengah, dan Candi Gentong. Selain itu, pengujung juga beresempatan melihat lokasi prasasti Alasantan yang berasal dari tahun 861 Saka atau 9 September 939 Masehi.
Kawasan ini adalah lokasi strategis dari kehidupan masyarakat Jawa masa lalu. Area ini sangat cocok menjadi destinasi wisata keluarga untuk mengenalkan anak dengan sejarah Majapahit.
2. Melihat Patung Budha Tidur di Maha Vihara Majapahit
Maha Vihara Majapahit adalah destinasi wisata yang sudah terkenal hingga kancah internasional. Maha Vihara Mojopahit dibangun tahun 1987 di lahan seluas 20.000 meter.
Pembangunan vihara ini diprakarsai oleh Bhante Viryanadi. Ikon yang paling populer di wihara ini adalah Patung Budha Tidur.
Patung Budha Tidur yang ada di Bejijong ini adalah patung budha tidur terbesar ketiga di dunia. Panjangnya 22 meter, lebar 6 meter, dan tinggi 4,5 meter.
Pada bangunan vihara utama tampak arsitektur Jawa dalam wujud Joglo. Namun, pada pintu masuknya menampilkan perpaduan budaya China, India, dan Jawa.
3. Mengunjungi Petilasan Raden Wijaya
Berjalan sambil menikmati kawasan Desa Bejijong, pengunjung bisa sampai ke Situs Siti Inggil. Situs ini diyakini sebagai petilasan Raden Wijaya, sang pendiri Majapahit.
Raden Wijaya atau Prabu Kertarajasa Jawawardhana mendirikan Majapahit pada tahun 1293 M. Ia menikah dengan empat putri keturunan Prabu Kertanegara dari Singhasari.
Petilasan Siti Inggil berisi 5 situs berbentuk makam dengan panjang sekitar dua meter lebih. Namun, makam tersebut tidak berisikan jenazah.
5 nisan tersebut dipercaya Raden Wijaya, Gayatri sang permaisuri Raden Wijaya, dua orang selir yaitu Ndoro Pethak dan Ndoro Jinggo, serta abdi kinasih atau abdi dalem dari Hayam Wuruk dan permaisuri.
4. Jelajah Desa Bejijong
Kegiatan yang satu ini adalah kegiatan yang paling seru dan seolah tidak cukup dilaksanakan satu hari aja. Ada banyak hal yang bisa dinikmati dengan berjalan santai di area perkampungan Desa Bejijong.
Mulai dari menikmati situs-situs sejarah ynag tersebar di area perkampungan hingga wista kuliner Majapahit. Di waktu tertentu digelar pula teatrikal Sumpah Palapa yang bisa ditonton untuk lebih dekat mengenal sosok Mahapatih Gajah Mada.
Kuliner tradisional yang tersedia di Bejijong di antaranya adalah telur asin asap, es ketan, ayam ungkep kemaron, getuk Majapahit, wedang secang, hingga manisan buah di Pasar Rakyat Kampung Majapahit.
Di kawasan ini tentu tersedia berbagai kerajinan khas Majapahit yang bisa dibawa sebagai cinderamata atau untuk dipelajari sebagai warisan sejarah. Mulai dari kerajinan batik khas yang dengan warna-warna alam, kuningan, hingga terakota.
Motif dan ragam hiasanya tentu sangat khas Majapahit. Pola Surya Majapahit, buah maja, dan ragam hias sulur di relief candi diaplikasikan dengan cantik di banyak kerajinan khas Bejijong.
Editor : Trisna Eka Adhitya