Tudingan ini juga pernah disampaikan Pejabat Keamanan Siber Ukraina pada bulan Maret. Menurutnya kerugian besar dialami Ukraina akibat putusnya komunikasi siber.
“Sabotase jarak jauh menyebabkan kehilangan besar dalam komunikasi di awal perang," kata pejabat keamanan siber Ukraina Victor Zhora kala itu.
Rusia secara rutin membantah melakukan operasi siber ofensif. Kremlin tidak segera menanggapi permintaan komentar dari Reuters.
Badan-badan intelijen Barat, termasuk Badan Keamanan Nasional Amerika Serikat, organisasi keamanan siber pemerintah Prancis ANSSI, dan intelijen Ukraina sedang menyelidiki peran potensial Rusia dalam serangan itu dan dilaporkan Reuters beberapa hari setelahnya. Sebuah pernyataan Kantor Luar Negeri Inggris mengutip Menteri Luar Negeri Liz Truss yang mengatakan, serangan siber itu adalah "serangan yang disengaja dan jahat oleh Rusia terhadap Ukraina".
Target utama Rusia dalam serangan itu adalah militer Ukraina, tetapi juga mengganggu ladang angin dan pengguna internet di Eropa tengah, kata pernyataan itu, mengutip Pusat Keamanan Siber Nasional Inggris.
Editor : Trisna Eka Adhitya
Artikel Terkait