Riyono juga menyoroti pentingnya pendidikan bagi anak-anak petani. Menurutnya, kesejahteraan petani harus diiringi dengan akses pendidikan yang lebih baik.
Ia bahkan berbagi pengalaman tentang bagaimana dirinya membiayai kuliah di Universitas Diponegoro (Undip) dengan bertani kacang tanah.
"Bapak saya tukang kayu, ibu petani. Tapi saya bisa kuliah karena bertani. Kesejahteraan petani itu bukan cuma soal ekonomi, tapi juga soal masa depan anak-anak mereka," tegas Riyono.
Riyono menekankan peran penting Jawa Timur sebagai salah satu pusat pangan nasional. Ia berharap program pencetakan sawah dan modernisasi pertanian dapat memperkuat posisi Jawa Timur dalam memenuhi kebutuhan pangan di Indonesia.
"Kita harus jaga agar produksi padi dan hortikultura tetap optimal. Jawa Timur punya potensi besar, dan kita harus maksimalkan itu," ujarnya.
Dengan kombinasi insentif, teknologi, dan pendidikan, Riyono optimistis generasi muda dapat menjadi penggerak utama dalam transformasi sektor pertanian.
"Pertanian masa depan ada di tangan anak muda. Kalau kita dukung mereka dengan serius, swasembada pangan bukan lagi mimpi," terangnya.
"Kalau mau maju pertanian kita, PKS usulkan gaji petani muda kita, jadikan profesi petani menjanjikan. Lulusan pertanian jadikan petani sukses. Kita hitung saja, 2,7 juta petani muda yang siap berkorban, katakan 1 juta x 5 juta x 12 bulan = 60 triliun. Angka yang kecil bagi cita-cita mewujudkan ketahanan dan swasembada pangan nasional," tutup Riyono.
Editor : Trisna Eka Adhitya
Artikel Terkait