Hal ini menyebabkan para petani di Desa Pomahan pun sempat putus asa dan menebang pohon kakaonya dan menggantinya dengan tanaman lain. Bahkan dari 5.000 pohon kakao bantuan Dinas Perkebunan yang sempat ditanam petani, kini hanya tersisa sekitar setengahnya saja.
"Oleh karena itu kami mengajukan pendanaan untuk melakukan optimalisasi alat yang udah ada sekaligus menambahkan alat produksi hingga menjadi bubuk coklat sekaligus pelatihan pemasaran pasca produksi," urainya.
Aris Heri Andriawan, S.T., M.T mengungkapkan, Kelompok Tani Lestari Makmur sebenarnya telah memiliki alat untuk mengeringkan biji kakao. Namun, alat tersebut belum dapat dimaksimalkan agar kakao semakin memiliki nilai jual.
"Karena menyadari coklat ini bisa diolah, kalau mereka tahu cara mengolahnya dan tahu cara memasarkannya dan tahu prospeknya seperti apa tentunya ini akan berdampak pada ekonomi para petani kakao," katanya.
Untuk mewadahi hal itu, kata Dosen Teknik Elektro ini, Untag membantu menyediakan alat pemasta, alat pres, alat sangrai, dan komposter dan memberikan pendampingan cara pengoperasiannya. Dengan demikian, konsep zero waste dan perwujudan sirkular ekonomi pun dapat tercapai.
Editor : Trisna Eka Adhitya
Artikel Terkait