Seperti misalnya kulit biji kakao dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak karena memiliki kandungan protein yang tinggi. Sedangkan kulit biji kakao yang kualitasnya kurang baik dapat diolah menjadi pupuk kompos.
"Kita juga membuat pelatihan membuat pupuk itu, jadi modelnya seperti zero waste agar pengolahan coklat itu tidak menyisakan apapun," ungkapnya.
Royyan Firdaus, S.T., M.T menambahkan, melalui pendampingan ini, Untag ingin agar Kelompok Tani Lestari Makmur mampu menjadi role model untuk masyarakat sekitarnya sehingga mampu memproduksi bubuk coklat.
"Karena harga (biji) coklat dan harga bubuk itu bisa dua kali lipat lebih karena kalau mereka jual kering atau bubuk sama-sama satu kilogram itu harganya akan lebih mahal yang bubuk," tuturnya.
Pendampingan ini sendiri telah dilakukan sejak Bulan Agustus-November mendatang. Saat ini, tim pelaksana sedang memberikan pendampingan pasca produksi yaitu untuk memasarkan hasil olahan kakao.
Editor : Trisna Eka Adhitya
Artikel Terkait