MOJOKERTO, iNewsMojokerto.id - Pola asuh orang tua menjadi hal yang penting untuk mencegah kenakalan remaja saat ini. Untuk itu, Pemkot Mojokerto melalui Dinas Kesehatan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Dinkesppkb) menyelenggarakan sosialisasi pengasuhan remaja pada acara 'Ngopi Darat' (Ngobrol Pintar dan Cerdas Bersama Masyarakat).
Dalam acara Sosialisasi pengasuhan remaja dari perspektif psikologi yang berlangsung di Ruang Sabha Mandala Madya Balai Kota Mojokerto, Kamis (20/7/2023) itu, menghadirkan narasumber Wali Kota Mojokerto Ika Puspitasari, serta Psikolog Nadia Sutanto, S.Psi, M.Psi dan Diana S.Psi, M.Psi. Diikuti oleh puluhan peserta yang tergabung dalam organisasi wanita PKK, DWP, pembina PIK R/M, kader Kelurahan BKB, dan penyuluh KB.
Wali Kota Mojokerto Ika Puspitasari mengungkapkan, di era ini, para orang tua perlu mengupgrade skil parenting mereka terhadap remaja khususnya generasi Z. Hal ini menjadi penting agar terjalin komunikasi yang efektif dan satu frekwensi dengan remaja.
"Kita tidak bisa mereplikasi, mengadopsi bagaimana cara orangtua kita dulu mendidik kita untuk kita terapkan menjadi skema pendidikan kita kepada remaja saat ini, disinilah tantangan kita sebagai orangtua," terangnya.
Walikota yang akrab disapa Ning Ita ini juga menyampaikan, jika orang tua saat ini perlu menghindari menyalahkan remaja terhadap persoalan yang terjadi. Dibanding dengan menyalahkan, orang tua perlu turut serta membantu para remaja dalam mencari solusi terbaik sehingga para remaja tahu apa yang harus dilakukan ketika menghadapi masalah.
Hal tersebut merupakan tantangan sekaligus hal yang harus menjadi atensi bersama sebagai orangtua. Pasalnya, dengan perkembangan teknologi dan kesibukan orang tua saat ini, masih banyak orang tua yang kurang memahami bagaimana karakter anak remaja mereka yang berpotensi membuat kerenggangan hubungan remaja dan orang tua mereka.
"Sudahkah kita menjadi orangtua yang baik bagi anak-anak kita, itu akan jauh menjadi sebuah media yang arif untuk mencari solusi terbaik. Tidak saling menyalahkan, tapi saling introspeksi," ulasnya.
Oleh karenanya, Ning Ita menyampaikan perlunya orang tua menjalin komunikasi yang mampu diterima remaja. Dengan komunikasi yang dapat diterima remaja ia yakin frekwensi selisih paham antara orang tua dan remaja akan tereliminir.
"Cara kita berkomunikasi dengan remaja dengan remaja pria dengan remaja wanita harus menggunakan bahasa yang berbeda, supaya ada frekuensi yang sama dan nyambung, jika tidak maka akan terjadi pertengkaran," pungkasnya.
Editor : Trisna Eka Adhitya
Artikel Terkait