Menurut Karsono, Angreni merupakan perempuan yang dapat ngilo ‘bercermin, menyadari’ serta bisa ngrumangsani ‘dapat memahami keadaan diri’.
"Cintanya terhadap Panji bukan “cinta mati”, bukan pula cinta egois. Ia tahu bahwa Panji merupakan putra mahkota yang kelak harus ngemban pusaraning
praja ‘melaksanakan tugas pemerintahan’, yang harus membangun citra dan kekuatan, di antaranya harus membangun persekutuan dengan pihak lain dan sedapat mungkin menghindari permusuhan," tulis Karsono.
Menurut Karsono, kepasrahan yang sejatinya menunjukkan kekuatan semacam ini tidak akan ditemui pada perempuan masa kini.
Pencapaian Angreni tidaklah dapat dilakukan oleh perempuan biasa yang tidak memiliki pemahaman akan ilmu hidup yang tinggi. Seperti itulah sosok perempuan Jawa dicitrakan di masa lalu.
Editor : Trisna Eka Adhitya
Artikel Terkait