JAKARTA, iNewsMojokerto.id - Satu kata, Damai. Mungkin itulah kata yang tepat untuk menggambarkan Kampung Adat Jalawastu di Brebes.
Pasalnya, jika anda singgah di kampung ini, suasana damai perkampungan akan dapat anda rasakan di kampung yang berada di Desa Ciseureuh, Kecamatan Ketanggungan, Kabupaten Brebes ini. Letak kampung terpencil ini berada di kaki Gunung Kumbang ataau Gunung Sagara.
Suasana sejuk dan asri pun akan sangat terasa mengingat lokasinya yang berada di daerah pegunungan. Tradisi leluhur pun masih dijaga oleh 145 kepala keluarga yang menghuni kampung ini.
Wajah hunian sederhana yang menggunakan dinding papan dan beratapkan seng semakin menambah kesan sederhana kampung ini. Tidak ada satu rumahpun yang menggunakan material seperti rumah dengan menggunakan semen, keramik, atau genteng yang sering menghiasi rumah-rumah di kawasan perkotaan.
Menariknya, di Kampung Adat Jalawastu ini dipercaya oleh masyarakat sekitar sebagai tanah suci. Hal ini karena menurut kepercayaan masyarakat, kampung ini merupakan tempat bersemedi (bertapa) bagi para dewa dan raja di zaman dahulu.
Oleh karenanya, tradisi leluhur sangat dipegang erat di kawasan ini seperti penggunaan material untuk bangunan rumah, bahasa, hingga upacara adat yang wajib dilakukan. Kesemuanya itu mempunyai filosofi khusus dan tidak tergerus perkembangan zaman yang semakin modern.
Tidak Digunakannya Semen Sebagai Bahan Membangun Rumah
Masyarakat Kampung Adat Jalawastu percaya, dengan tidak menggunakan semen sebagai material bangunan, dapat turut berperan melestarikan alam sekitar dan mencegah longsor. Bentuk bangunan pun dibuat harus berbentuk lurus, tidak boleh berbentuk limass.
Upacara Adat
Masyarakat Kampung Adat Jalawastu memiliki tradisi upacara khusus yang dilakukan setiap tahun. Upacara itu bernama Upacara Adat Ngasa yang dilaksanakan setiap Selasa Kliwon pada Mangsa Kesanga (kesembilan dalam kalender Jawa).
Upacara Ngasa memiliki makna sebagai perwujudan rasa syukur kepada Batara Windu Buana yang dianggap sebagai pencipta alam. Batara memiliki ajudan bernama Burian Panutus yang konon semasa hidupnya tidak makan nasi dan lauk pauk bernyawa.
Ritual upacara Ngasa mulai dilaksanakan dari kaki Gunung Kumbang dan Gunung Sagara pada senin malam. Dilanjut sehari setelahnya dengan doa dan makan bersama.
Sunda Wiwitan Kampung Jalawastu memiliki tradisi menganut kepercayaan Sunda Wiwitan dan adanya persamaan antara Baduy dan Jalawastu. Oleh karena itu, meski letaknya di Jawa Tengah, masyarakat setempat pun fasih berbahasa Sunda dan berkomunikasi sehari-hari dengan bahasa sunda namun dengan dialek ngapak.
Pantangan Memelihara Ternak
Masyarakat Kampung Adat Jalawastu juga memiliki pantangan unik yakni dilarang memelihara hewan ternak seperti kambing, kerbau, bebek, angsa, ikan emas, dan kambing gimbal. Selain itu juga dilarang menanam kacang tanah, kedelai, kacang hitam, bawang merah, dan buncis serta panang mementaskan wayang golek, dan memukul gong.
Semua larangan itu harus dipatuhi oleh warga Kampung Jalawastu dan pengunjung yang datang ke Kampung Jalawastu. Larangan itu berhubungan dengan sistem religi masyarakat setempat.
Upacara adat di Kampung Adat Jalawastu. (Foto: Pemkab Brebes)
Masyarakat meyakini jika hal itu dilakukan maka bertentangan dengan keyakinan dari nenek moyang mereka. Hal ini berkaitan dengan mitos Dayeuh Lemah Kaputihan. Mitos memiliki arti, daerah ini merupakan tanah suci tempat tinggal para dewa dan wali, sehingga tidak boleh berkata dan berperilaku kotor serta melakukan hal-hal yang menjadi pantangan.
Bupati Brebes Idza Priyanti mengaku akan terus mendukung pelestarian budaya di Kampung Jalawastu. Salah satunya dengan pembangunan infrastruktur.
“Kami ikut bangga, dan pemerintah berkomitmen akan melakukan penambahan infrastruktur,” ucapnya dilansir dari laman jatengprov.
Pemangku Adat Darsono menjelaskan, masyarakat Kampung Jalawastu secara rutin melaksanakan upacara Adat Ngasa setiap Selasa Kliwon pada Mangsa Kesanga (kesembilan dalam kalender Jawa) tiap tahunnya. Itulah seputar kampung adat Jalawastu Brebes yang hingga kini masih tetap lestari dan menarik untuk dijadikan destinasi wisata budaya.
Editor : Trisna Eka Adhitya
Artikel Terkait