MOJOKERTO, iNewsMojokerto.id - Gapura Wringin Lawang adalah salah satu situs peninggalan Majapahit yang ada di Trowulan, Mojokerto. Gapura ini menjadi salah satu situs ikonik jika berbicara mengenai Majapahit.
Candi Wringin Lawang terletak di Dukuh Wringinlawang, Desa Jati Pasar. Oleh karena itu, Raffles menyebut nama candi ini sebagai Candi Jati Pasar dalam catatannya.
Masyarakat meyakini bahwa candi yang berbentuk gapura ini berfungsi sebagai penanda pintu masuk. Tepatnya pintu masuk ke area kota Majapahit.
Menurut cerita masyarakat, dahulu di dekat candi terdapat pohon beringin yang besar. Dari situlah nama Wringin Lawang muncul. Dalam bahasa Jawa, wringin berarti beringin dan lawang berarti pintu.
Wringin Lawang merupakan candi bentar atau candi berbentuk gapura tanpa atap. Candi bentar diketahui memang berfungsi sebagai gerbang terluar dari suatu kompleks bangunan.
Melihat ukuran dan bentuknya, banyak sejarawan sepakat bahwa gapura ini adalah pintu masuk menuju kompleks bangunan penting di ibu kota Majapahit. Bangunan apa yang dimaksud, muncul banyak spekulasi.
Gapura Wringin Lawang juga diduga merupakan pintu masuk ke kediaman Mahapatih Gajah Mada. Spekulasi tersebut dikuatkan dengan peta hipotesis kota Trowulan di masa lalu.
Candi Wringin Lawang ini letaknya berdekatan dengan lokasi yang diprediksi sebagai kediaman Patih Gajah Mada. Letaknya berdekatan pula dengan lapangan bubat.
Gapura Wringin Lawang yang dinikmati hari ini dalam bentuk utuh adalah bangunan yang telah mengalami pemugaran. Proses pemugaran situs ini dilaksanakan sejak tahun 1991 sampai dengan tahun 1995.
Candi Wringin Lawang menghadap dari arah timur-barat. Bangunannya terbuat dari bata merah khas Majapahit.
Pondasinya berbentuk segi empat dengan ukuran 13 x 11,50 m. Sebelum dipugar belahan selatan gapura masih utuh, berdiri tegak dengan ketinggian 15,50 m, sementara belahan utara hanya tersisa 9 meter.
Candi ini termasuk peninggalan Majapahit yang sangat penting. Gapura Wringin Lawang menjadi penanda arsitektur Majapahit yang pada zaman berikutnya juga berkembang di Bali.
Editor : Trisna Eka Adhitya
Artikel Terkait