Saat itulah batu bata yang ditemukan berserak di wilayah Trowulan mulai menjadi sasaran. Masyarakat beralih menjadi pencari bata merah yaitu bata peninggalan Majapahit.
Sebenarnya, batu bata merah ini tidakk lantas menawarkan nilai ekonomi yang tinggi.. Sebab diketahui bahwa batu bata temua itu tidak seluruhnya dijual.
Kebanyakan justru bata merah yang berhasil dikumpulkan dijadikan sebagai bahan daur ulang. Yaitu bahan untuk membangun rumah atau ditumbuk untuk dijadikan semen merah campuran plester.
Saat stok bata merah Majapahit ini semakin jarang ditemukan, masyarakat beralih kembali. Kali ini profesi pembuat semen merah berganti menjadi pembuat batu bata menggunakan tanah yang berasal dari lahan mereka.
Masyarakat mulai mengambil tanah sampai kedalaman tertentu. Sampai satu ketika lapisan tanah subur ditemukan dan sejumlah penggalian justru mengantar pada penemuan situs-situs Majapahit yang terkubur di kedalaman.
Editor : Trisna Eka Adhitya
Artikel Terkait