Menurut Stange, Sabdo Palon dipercaya sebagai inkarnasi Semar, yang merupakan mahaguru di Tanah Jawa. Sabdo Palon dan rekannya Naya Genggong adalah titisan dewa kayangan yang sengaja turun ke bumi menjadi punakawan (kawan yang paham).
Dalam buku Brawijaya Moksa Detik-Detik Akhir Perjalanan Hidup Prabu Majapahit, sebuah fiksi sejarah karya Wawan Susetya, dapat turut disimak bagaimana kondisi sulit Majapahit menjelang keruntuhannya.
Saat itu Kerajaan Majapahit mengalami kemerosotan, baik dalam tataran moral maupun praktis. Banyak pejabat kerajaan dan putra pembesar Majapahit diketahui melakukan tindakan tidak patut terhadap rakyat dan kerajaan.
Sang penasihat memeras otak mencari cara menyelesaikan masalah yang dihadapi Majapahit. Dikisahkan salah satunya, Sang Prabu bertanya apakah yang sebaiknya dilakukan dalam situasi pelik kerajaan seperti ini.
Sang penasihat memberi masukan bahwa setiap situasi hendaknya diselesaikan menurut kepakaran. Dengan kata lain, tiap masalah sebaiknya diserahkan kepada ahlinya.
Kebijaksanaan tokoh ini turut serta dalam masa-masa akhir kerajaan Majapahit. Ia dikenal dalam keyakinan tradisi masyarakat Jawa karena sebuah sumpah yang berisi peringatan. Dalam Serat Darmogandul disebut bahwa Sabdo Palon akan kembali dalam waktu 500 tahun sejak masa kehancuran Majapahit.
Editor : Trisna Eka Adhitya
Artikel Terkait