MOJOKERTO, iNews.id - Nama lapangan Watangan cukup jarang disebut sebagai titik alun-alun Majapahit. Padahal lapangan Watangan adalah alun-alun keraton yang menjadi pusat kota Majapahit.
Menurut Teguh Fatchur Rozi, dkk dalam tulisan "Telaah Sistem Tata Kota Kerajaan Majapahit dalam Kakawin Nāgarakṛtāgama", lapangan Watangan disebutkan dengan cukup jelas letaknya dalam uraian Mpu Prapanca.
Fungsi lapangan Watangan sebagai alun-alun utama juga sangatlah penting. Hampir semua kegiatan sakral keraton dilaksanakan di alun-alun Watangan.
Sayangnya, justru keberadaan lapangan Watangan ini kalah populer dibanding lapangan Bubat.
Majapahit punya 2 alun-alun
Sebagaimana dilansir Tim iNews dari uraian Teguh Fatchur Rozi, kakawin Nagarakretagama menyebutkan ada tanah lapang di pusat Kota Majapahit. Lokasi lapangan tersebut dekat dengan gugusan bangunan Keraton Rajasanagara yang dinamakan 'Keraton Wanguntur'.
Lapangan yang dimaksud diberi nama 'Lapangan Watangan' yang letaknya di sisi utara Keraton Wanguntur. Hal ini tercatat pada Kakawin Nagarakretagama pupuh 8:
“alwāgimbar ikaṅ waṅuntur an haturdiśi wataṅan ikāwitāna ri těṅah, lor taṅ weśma panaṅkilan para bhujaṅga kimuta para mantry aliṅgih apupul.”
Artinya:“Balai Agung Manguntur dengan Balai Witana di tengah menghadap ke lapangan Watangan. Di bagian utara adalah tempat bagi para pujangga dan para menteri berkumpul (Damaika dkk, 2016).”
Selain lapangan Watangan, ada pula lapangan lain yang berfungsi sebagai alun-alun rakyat. Alun-alun kedua inilah yang disebut lapangan Bubat.
Lapangan Bubat ini sekarang masih bisa ditelusuri lokasinya di Desa Trowulan, Kecamatan Trowulan. Alun-alun Bubat tidak memiliki nilai kesakralan dan bersifat lebih umum.
Lapangan Bubat biasanya difungsikan sebagai tempat mengatur pasukan Majapahit, tempat dilakasanakanya upacara Sradah, dan pertunjukan atau hiburan rakyat. Alun-alun Bubat menjadi populer karena menandai peristiwa Perang Bubat.
Fungsi alun-alun Watangan yang sakral
Lapangan Watangan inilah yang sebenarnya disebut sebagai alun-alun utama Majapahit. Fungsi lapangan alun-alun Watangan pun menunjukkan nilai tempat ini dibanding lapangan lainnya.
Alun-alun Watangan atau Wanguntur bersifat lebih sakral. Lokasi ini diperuntukkan menggelar kegiatan kerajaan yang lebih penting atau privat.
Alun Watangan setidaknya memiliki 3 fungsi sebagai berikut:
1. Dijadikan tempat bagi terselenggaranya upacara penobatan raja.
Alun-alun watangan adalah tempat luas yang paling dekat dengan area keraton utama. Lokasi tempat tinggal raja pun berbatasan langsung dengan lapangan ini.
Dalam upacara penobatan raja, lapangan ini ikut difungsikan. Rangkaian upacara penobatan raja Majapahit adalah upacara yang sangat besar.
Pada saat itu tentu banyak pendeta dan anggota keluarga kerajaan, serta kerabat negara bawahan Majapahit yang hadir. Lapangan Watangan difungsikan sebagai salah satu area prosesi Abhiseka.
2. Sebagai tempat penyelenggaraan upacara keagamaan skala besar.
Lapangan Watangan berada tepat di tengah area bangunan penting keraton Majapahit. Salah satu bangunan penting yang berada di sisi alun-alun ini adalah tempat berkumpulnya para pemuka agama Siwa maupun Budha.
Di bangunan tersebut disediakan pula tepat suci bagi masing-masing agama utama di Majapahit. Oleh karena itu, bila ada upacara keagamaan skala besar, lapangan ini juga ikut difungsikan.
3. Sebagai tempat penyelenggaraan lomba sambal kuda.
Nama Watangan kemungkinan diambil dari nama lomba sambal kuda yang dilaksanakan di lokasi ini. Lomba ini disebut lomba Watangan.
Cara melakukannya adalah dengan duel dua orang berkuda membawa tongkat yang digunakan untuk mendorong lawan hingga terjatuh dari kuda. Orang yang berhasil menjatuhkan lawan, dialah pemenangnya.
Lomba watangan ini sangatlah populer bahkan dihadiri oleh raja. Kegiatan ini menjadi ajang adu prajurit yang penting dalam tradisi Majapahit.
Editor : Trisna Eka Adhitya
Artikel Terkait