Menurutnya, warga sekitar membuang sampah ke sungai (saluran air), sehingga aliran air tidak lancar. Padahal saluran air tersebut merupakan irigasi yang mengairi sawah petani. “Kami mohon agar dilakukan pengerukan aliran air supaya air ke sawah lancar,” pintanya.
Menanggapi keluhan terkait sampah, Hidayat meminta kepada kepala desa untuk membuat proposal dengan perencanaan yang matang. Sebab mengelolah sampah tidak mudah. “Kalau dibuatkan TPA, harus ada tenaga yang mengelolah. Nanti proposalnya diserahkan kepada saya untuk diusulkan pembangunan TPA,” katanya.
Sedangkan untuk pengeruka aliran air, Hidayat masih akan berkoordinasi dengan pihak Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) provinsi. “Sungai yang bersebelahan dengan jalan raya itu milik BBWS. Nanti saya koordinasikan dulu dengan BBWS,” ujarnya.
Sutrikno mengatakan, desa Betro sudah lama merencanakan membangun tempat pembuangan sampah. Namun hingga saat ini belum terlaksana akibat terkendala masalah anggaran. “Rencananya dibangun di lapangan. Tapi anggarannya cukup besar karena harus membuat pagar tembok mengelilingi lapangan,” jelasnya.
Editor : Trisna Eka Adhitya