"Kontribusi utamanya berkat SKT yang Sampoerna miliki. Saya sampaikan terima kasih karena Sampoerna selama ini telah berkontribusi bagi Pemerintah Provinsi Jawa Timur, selalu siap jika kami membutuhkan dukungan sehingga juga bisa membantu mengurangi kemiskinan,” tambahnya.
Ia secara khusus juga mengapresiasi peran ribuan tenaga kerja perempuan di sektor SKT.
”Jawa Timur berkontribusi 60% dari total penerimaan cukai hasil tembakau negara. Setiap tahun kita menyumbang Rp129 triliun. Ini semua berkat kerja keras ibu-ibu semua,” kata Adhy Karyono.
Sementara itu, Presiden Direktur Sampoerna Ivan Cahyadi mengungkapkan, pengalaman perusahaan yang telah beroperasi lebih dari 111 tahun di Indonesia itu selalu berkomitmen untuk berkembang dan berkontribusi dalam pencapaian target pertumbuhan ekonomi nasional 8 persen.
“Kami berkomitmen untuk dapat berkembang bersama Indonesia serta berkontribusi dalam pencapaian target pertumbuhan ekonomi 8% melalui investasi berkelanjutan, inovasi, hilirisasi, dan penyerapan tenaga kerja. Investasi kami di sektor padat karya SKT merupakan salah satu upaya kami untuk mewujudkan visi tersebut,” kata Presiden Direktur Sampoerna Ivan Cahyadi.
Pembukaan dua pabrik SKT dan perluasan kemitraan dengan lima MPS baru pada tahun 2024 merupakan realisasi dari rencana investasi Sampoerna untuk menambah serapan tenaga kerja.
“Pabrik SKT baru kami di Blitar dan Tegal akan menyerap lebih dari 3.500 tenaga kerja baru, di mana 2.000 di antaranya telah mulai bekerja saat ini. Dari 90.000 tenaga kerja Sampoerna, mayoritas di antaranya merupakan karyawan SKT yang didominasi oleh perempuan-perempuan hebat,” papar Ivan.
Sebagai perusahaan yang bermula dari sektor SKT pada tahun 1913, Sampoerna berharap investasi ini dapat memperkuat portofolio perusahaan di sektor ini.
“Dalam beroperasi, Sampoerna senantiasa mengedepankan inovasi di segala lini untuk menjaga keberlangsungan usaha dan daya saing, termasuk pada sektor SKT,” kata Ivan.
Fasilitas produksi SKT di Blitar dan Tegal sendiri melengkapi 4 pabrik SKT Sampoerna yang sudah ada di Surabaya, Malang, dan Probolinggo, Jawa Timur. Seperti keempat pabrik tersebut, Ivan mengatakan keberadaan pabrik SKT Blitar dan Tegal mampu menciptakan efek berganda yang dapat dirasakan oleh masyarakat sekitar.
Hal ini ditunjukkan oleh banyaknya usaha-usaha masyarakat yang bermunculan di sekitar pabrik, mulai dari warung kelontong, makanan minuman, jasa transportasi, hingga kos-kosan.
“Di samping itu, kami percaya investasi ini juga akan terus menjaga serapan bahan baku tembakau dan cengkih dari petani Indonesia. Seperti diketahui, penggunaan bahan baku rokok buatan tangan membutuhkan dua kali lebih banyak tembakau dan cengkih dibandingkan rokok buatan mesin. Pabrik yang diresmikan hari ini diharapkan akan berdampak positif pada progres hilirisasi nasional melalui penyerapan bahan baku lokal untuk menghasilkan produk bernilai tambah,” ujar Ivan.
Ivan mengapresiasi upaya Pemerintah untuk menjaga iklim usaha dan investasi yang kondusif serta terprediksi di Indonesia, termasuk kebijakan yang mendorong kinerja sektor padat karya SKT. Menurutnya, upaya ini secara langsung berdampak positif pada penciptaan lapangan kerja di sektor formal dan perputaran ekonomi daerah yang selanjutnya turut meningkatkan perekonomian nasional.
“Kami berkomitmen untuk turut berperan aktif memperkuat pilar ekonomi nasional. Ke depannya, kami berharap dapat terus berkembang bersama Indonesia serta berkontribusi pada perkembangan ekonomi melalui investasi berkelanjutan, hilirisasi, inovasi, penyerapan tenaga kerja, dan penciptaan nilai tambah bagi masyarakat,” tutup Ivan.
Editor : Trisna Eka Adhitya