PONTIANAK, iNewsMojokerto.id - Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar), beserta 14 pemerintah kabupaten dan kota di wilayah tersebut, memastikan komitmen dalam melakukan digitalisasi pendidikan sesuai yang digalakkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).
Komitmen seluruh kabupaten/kota di Kalimantan Barat ini dilakukan melalui berbagai hal, seperti meningkatkan kompetensi para guru, hingga memastikan optimalisasi penggunaan bantuan perangkat teknologi informasi dan komunikasi (TIK) oleh Kemendikbudristek di sekolah-sekolah.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kalbar Rita Hastarita S.Sos., M.Si., mengatakan, salah satu perangkat TIK yang turut mendukung digitalisasi pendidikan adalah perangkat TIK Chromebook. Ia mengatakan, sekolah-sekolah yang ada di Kalbar rata-rata memiliki sekitar 30 unit perangkat TIK Chromebook.
“Memang belum 1 unit 1 siswa. Setiap sekolah sudah punya 30-an Chromebook," ujar Rita usai Lokakarya bertajuk Cara Baru Untuk Belajar di Pontianak, Selasa (19/9/2023).
Rita berharap, bantuan berupa perangkat TIK terus dilakukan secara berkelanjutan. Dukungan berbagai pihak turut mendukung kesuksesan digitalisasi pendidikan di wilayahnya.
Terkait peningkatan kompetensi guru, Rita mengatakan, para guru secara berkala diwajibkan mengikuti berbagai pelatihan, seperti workshop, seminar, dan lainnya. Mereka pun diminta melaporkan hasil dari mengikuti berbagai kegiatan yang bertujuan meningkatkan kompetensi tersebut.
Tak hanya itu, para guru tingkat SMA/SMK sederajat juga didorong untuk mengakses platform yang telah disiapkan oleh pemerintah.
“Kewajiban mengakses platform tersebut dilakukan setiap hari Selasa dan Kamis,” ucap Rita.
Sementara itu, Kepala Balai Penjamin Mutu Pendidikan (BPMP) Kalbar Iwan Kurniawan S.Si, M.Si., menambahkan, transformasi pendidikan merupakan sesuatu yang penting untuk meningkatkan mutu pendidikan.
Menurut Iwan, tujuan Merdeka Belajar tidak hanya mengejar akses sarana dan prasarana, melainkan juga mewujudkan pendidikan yang berkualitas bagi para siswa.
“Artinya kita harus memastikan anak didik kita mengalami peningkatan kemajuan belajar,” ucap Iwan.
Misalnya menjadikan guru sebagai fasilitator dan bukan satu-satunya sumber belajar bagi para murid.
“Kalau dulu memang iya. Guru adalah satu-satunya sumber belajar. Kita sangat terikat dengan guru untuk belajar. Tapi saat ini banyak fasilitas yang bisa dimanfaatkan untuk belajar,” ungkap Iwan.
Sementara itu, Country Lead Google Cloud Education Olivia Husli Basrin mengatakan, cara berkomunikasi dan berkendara manusia saat ini sudah jauh berkembang. Namun tidak dengan cara belajar mengajar.
“Cara kita belajar masih seperti yang dulu. Belum berubah,” kata Olivia.
Menurut dia, hal itulah yang mendasari Google for Education dalam mendorong adanya transformasi pendidikan, khususnya di Indonesia.
“Inilah yang kami lakukan di Google, bagaimana kami memberikan cara baru untuk belajar, agar para siswa bisa berkembang seiring dengan kemajuan zaman,” ujar Olivia.
Olivia menjelaskan, anak didik yang terpapar teknologi dengan lingkup yang aman, akan memiliki rasa ingin tahu dan penasaran jauh lebih tinggi.
Olivia melanjutkan, apa yang menjadi masa depan anak didik saat ini adalah permasalahan global yang belum terbayangkan di zaman sekarang.
“Nah, ini yang ingin kita dorong dengan teknologi pendidikan, bagaimana caranya melalui solusi yang diberikan Google, kita bisa membantu memaksimalkan potensi belajar para siswa,” ungkap Olivia.
Editor : Trisna Eka Adhitya