MOJOKERTO, iNewsMojokerto.id - Majapahit dikenal dengan produksi terakota yang diolah dari tanah liat yang melimpah di wilayah ibukota. Namun, tidak semua wilayah Majapahit bertanah lempung.
Majapahit juga memiliki hamparan tanah sawah yang subur. Dari sanalah suplai kebutuhan pangan kerajaan berasal.
Berita mengenai pertanian Majapahit dapat ditelusuri dalam cukup banyak prasasti peninggalan kerajaan yang dibangun pada abad 13 ini. Di antaranya adalah prasasti Karang Bogem dan prasasti Jiyu.
Bagaimana sebenarnya kondisi pertanian Majapahit? Apakah sama dengan yang dapat ditemui sekarang?
Secara umum, dalam buku "Mutiara-Mutiara Majapahit" disebutkan bahwa masyarakat Majapahit memenuhi kebutuhan mereka melalui dua sistem pertanian. Yaitu pertanian kering dan pertanian basah.
Jenis pertanian kering dilakukan di tanah tegalan atau kebun. Sementara pertanian basah dilakukan di sawah.
Jenis pertanian ini memengaruhi sistem suplai air bagi petani. Tanah tegalan biasanya memanfaatkan kandungan air yang ada di tanah dan air hujan. Sementara tanah sawah membutuhkan sistem khusus.
Pertananian tegalan adalah jenis pertanian yang sudah dikenal masyarakat Jawa sebelum masa Majapahit. Pertanian tanah tegalan menghasilkan umbi-umbian dan biji-bijian.
Sementara itu, pertanian sawah atau basah identik dengan penanaman padi. Masyarakat Majapahit juga melakukan pengolahan air sungai untuk pengairan sawah mereka.
Selain itu, salah satu yang unik adalah keberadaan pertanian "Renek" yang diiduga pertanian yang dilakukan di tanah rawa. Berita mengenai pertanian renek ini termuat dalam prasasti Renek (1379M).
Editor : Trisna Eka Adhitya