MOJOKERTO, iNewsMojokerto.id- Keruntuhan Majapahit telah lama dikaitkan dengan kemungkinan adanya bencana alam. Berbagai bukti menunjukkan Majapahit hingga kini adalah sebuah kerajaan besar yang masih diselimuti banyak misteri.
Bukan hanya soal waktu tepatnya kerajaan ini "menghilang" dari tanah Jawa Timur. Sebab pasti keruntuhan Majapahit pun masih terus diselidiki.
Para ahli sejarah maupun arkeologi heran mengapa istana utama Majapahit hingga kini belum juga ditemukan. Padahal jejak kerajaan ini nyata adanya.
Ke manakah puinh istana yang diyakini berada di wilayah Trowulan itu lenyap?
Pemikiran itu mengarahkan pada kemungkinan terjadinya bencana alam yang dahsyat. Bencana alam itu mestilah cukup besar untuk dapat menghapus jejak istana kerajaan yang dibangun oleh Prabu Wijaya itu.
Salah satu bencana alam yang diduga ikut berperan dalam kronologi keruntuhan Majapahit adalah letusan gunung. Area pusat kota Majapahit secara topografi memang dikelilingi sejumlah gunung api aktif.
Pada tahun 1980, dilakukan penelitian geologis oleh pihak Institut Teknologi Bandung terhadap pada kemungkinan keruntuhan Majapahit akibat bencana alam. Penelitian itu menghasilkan suatu teori bahwa hancurnya Majapahit disebabkan ledakan gunung api yang disertai dengan banjir besar.
Belum dapat dipastikan gunung api mana yang berperan dalam hal ini. Namun, penelitian tersebut menyimpulkan kemungkinan besar adalah ledakan gunung Welirang atau Anjasmoro.
Kemungkinan kedua selain letusan adalah adanya banjir aliran lahar dari piroklastik yang berasal dari gunung Welirang. Melihat letak ibukota Majapahit, sangat mungkin ledakan salah satu gunung api mengirim banjir lahar ke sana.
Arah aliran maut ini diperkirakan menuju ke Utara dan Barat Laut, melalui kali Gembolo dan anak-anak Sungai Brantas lain yang berasal dari gunung Welirang. Banjir lahar ini tentu cukup besar.
Di samping aliran benda-benda hasil longsoran dari kompleks Gentong Gowah (wilayah Wonosalam), dapat saja meluncur melalui lembah Jurangcelot. Selanjutnya aliran bisa langsung menghambur ke daerah Jatirejo dan tumpah persis di daerah pusat Kerajaan Majapahit.
Analisis lebih jauh menunjukkan longsoran itu dapat diawali oleh gempa hebat dan banjir sungai yang besar.
Hasil teori ini sempat diungkapkan oleh Ir. Sampurno pada pertemuan ilmiah Ikatan Ahli Geologi ke 9 di Yogyakarta (1983). Ia berpendapat bahwa runtuhnya Majapahit khususnya pusat kerajaan besar tidak mungkin lenyap begitu saja tanpa meninggalkan suatu bekas.
Dalam konteks Majapahit, ia melihat seolah-olah kerajaan ini dihancurkan oleh suatu bencana hebat. Hingga bekas istana pun bersih tak bersisa.
Sayangnya, waktu kapan terjadinya bencana hebat itu belum dapat dijawab. Selain itu, masih mungkin penyebabnya bukan dari Gunung Welirang atau Anjasmoro, tetapi gunung api lain yang masih dalam jangkauan Trowulan.
Editor : Trisna Eka Adhitya