MOJOKERTO, iNewsMojokerto.id - Topi tekes adalah topik arkeologi Majapahit yang sedang menarik minat banyak peneliti. Topi tekes dikenali sebagai salah satu penanda figur dalam Cerita Panji.
Dalam beberapa temuan candi Majapahit yang menunjukkan adanya figur bertopi, banyak di antaranya dalam kondisi rusak. Hal tersebut cukup menyulitkan identifikasi dan pembacaan terhadap visual utuh sosok ini.
Namun, di antara berbagai rupa benda peninggalan Majapahit yang terkait dengan cerita Panji itu, ada satu temuan penting yang berasal dari area reruntuhan Candi Selokelir. Tepatnya di wilayah Lereng Barat Daya, Bukit Sarahklopo, anak Gunung Penanggungan.
Temuan tersebut berupa arca sesosok figur dengan hiasan kepala yang unik. Hiasan kepala ini dikenali mirip dengan ragam pahatan pada relief-relief yang memuat cerita Panji.
Temuan ini merupakan arca langka yang menggambarkan figur bertopi tekes. Mirip dengan topi yang dikenakan figur pada candi-candi Majapahit.
Temuan arca laangka ini dilaporkan oleh Willem F. Stutterheim, sesaat setelah mengeksplorasi Candi Selokelir di tahun 1936. Candi Selokelir sendiri diungkap keberadaannya oleh Broekveldt tahun 1904.
Saat pertama kali dieksplorasi, Candi Selokelir kondisinya hampir hancur total. Saat Stutterheim menemukan arca ini pada lebih dari 30 tahun dari jejak Broekveldt, kondisi arca pun memprihatinkan.
Arca yang dikenal dengan nama Arca Panji Selokelir ini patah tiga bagian. Potongan pertama yang ditemukan adalah bagian tubuh arca, dari dengkul sampai leher.
Potongan kedua ditemukan adalah dari dengkul sampai jari-jari. Kaki menempel pada padmasana atau landasan arca.
Potongan ketiga adalah bagian terahir dan terpenting terkait identifikasi figus yaitu kepala. Potongan ketiga ini menjadi kunci pengenalan siapa sosok yang divisualisasikan arca ini.
Saat mencermati bentuk penutup kepala arca, Stutterheim langsung mengidentifikasinya sebagai sosok Panji. Pendapat Stutterheim ini diikuti oleh para sarjana yang melakukan penelitian berikutnya.
Topi dengan bagian depan dan belakang bersudut lancip. Jika diamati dari samping, tampak seperti bulan cabit yang ditelungkupkkan ke kepala.
Pengungkapan kembali arca penting ini dilakukan oleh peneliti Jerman, Lydia Kieven, yang telah banyak diketahui menaruh minat pada teks-teks Jawa Kuna. Kala akhirnya berkenalan dengan Cerita Panji, Lydia secara khusus melakukan penelusuran untuk mengungkap sosok figur bertopi, termasuk arca Panji Selokelir ini.
Dalam bukunya "Menelusuri Figur Bertopi Dalam Relief Candi Zaman Majapahit", Lydia mencatat arca ini kini tersimpan dengan baik di Perpustakaan Seni Rupa ITB (Institut Teknologi Bandung).
Editor : Trisna Eka Adhitya