Menurut Prasasti Kudadu pada masa pemerintahan raja Kertarajasa, jabatan mahamenteri itu diduduki oleh Dyah Pamasi sebagai rakrian mentri hino, Dyah Palisir sebagai rakrian mentri sirikan, dan Dyah Singlar sebagai rakrian mentri halu.
Lalu, piagam Jambangan yang berasal dari masa pemerintahan Hayam Wuruk menyebut 3 nama yang saat itu tengah menjabat sebagai mahamaantri katrini. Pada masa ini pemegangnya sudah berganti.
Pada masa pemerintahan prabu Hayam Wuruk, nama pejabat yang mengemban tugas tersebut ialah rakryan mahamentri Hino yaitu Dyah Iswara; rakryan mahamentri Sirikan yaitu Dyah Ipe; dan rakryan mahamentri Halu yaitu Dyah Kancin.
Tiga jabatan menteri utama ini disebutkan di bawah nama raja. Oleh karena itu, Prof. Slamet menyimpulkan bahwa jabatan mahamantri katrini ini pastilah jabatan yang sangat tinggi.
Lalu apa peran mahamentri katrini? Nama-nama para pejabat mahamenteri tersebut tidak dikenal sebagai bagian pasukan perjuangan melawan Raja Jayakatwang maupun dalam perjuangan mengusir tentara Tartar. Pada peristiwa penumpasan para pemberontak lainnya juga tidak ditemukan tiga nama tersebut.
Dalam Nagarakretagama bahkan kedudukan mahamenteri itu sama sekali tidak disinggung. Prof. Slamet menguraikan bahwa kemungkinan tiga menteri utama itu dimaksudkan sebagai jabatan kehormatan.
"Rupanya mereka tidak mempunyai peranan penting dalam pelaksanaan pemerintahan. Demikianlah dapat diambil kesimpulan bahwa jabatan mahamentri hino, halu, dan sirikan pada zaman pemerintahan kerajaan Majapahit adalah jabatan kehormatan," tulis Prof. Slamet dalam bukunya.
Editor : Trisna Eka Adhitya