Citayam Fashion Week Didaftarkan ke PDKI, Tuai Protes Berbagai Kalangan

MOJOKERTO, iNews.id - Fenomena Citayam Fashion Week yang sedang ramai dibicarakan tuai protes berbagai kalangan. Protes tersebut marak di platform Twitter hingga menjadi trending topic pada Senin 25 Juli 2022.

Alasannya, produk kreativitas Citayam Fashion Week dikabarkan tengah dalam proses diajukan sebagai merk resmi milik perusahaan Baim Wong dan sang istri. Hal ini lantas memancing berbagai pihak menolak pendaftaran tersebut.

Baca Juga

Gagas Tuban Fashion Carnival, Sukarelawan Ganjar Ronggolawe Bantu Kembangkan Pariwisata Lokal

Dilansir Tim iNews dari platform Twitter, sejumlah cuitan dari kalangan artis dan netizen memprotes pendaftaran Citayam Fashion Week ke Pangkalan Data Kekayaan Intelektual (PDKI). 

Berikut ini beberapa unggahan protes yang disampaikan untuk menolak Citayam Fashion Week sebagai hal milik perusahaan Baim Wong. 

1. Cuitan Ernest Prakarsa 

cuitan ernest prakasa

Baca Juga

Indonesia Banget, Anak Muda Bukittinggi Tiru Citayam Fashion Week Tapi Pakai Pakaian Adat

@ernestprakarsa "Daftarin OPEN MIC ke HAKI. Daftarin ROASTING ke HAKI. Daftarin CITAYAM FASHION WEEK ke HAKI. Serakah banget jadi manusia."

2. Cuitan Okky Madasari

@okkymadasari "- Datang ke rumah pemuda Citayam dengan duit cash dua koper

Baca Juga

Ini yang Akan Terjadi Jika Citayam Fashion Week Dipatenkan

- Mendaftarkan Citayam Fashion Week ke HAKI

Pada akhirnya ini memang soal bisnis. Tapi sungguh contoh bisnis yang norak, tidak tahu malu, miskin imajinasi dan kreativitas.

Malu pada anak Citayam!

3. Cuitan @WidasSatyo

cuitan Widas Satyo

Fenomena Citayam Fashion Week bermula saat sekelompok anak Sudirman Citayam Bojonggede Depok (SCBD), remaja asal Citayam dan Bojonggede, melakukan aksi catwalk fashion show di atas zebra-cross Dukuh Atas, Jakarta Pusat, pada Sabtu malam (17/6). Acara fashion show jalanan tersebut diberi nama ‘Citayam Fashion Week’.

Kini Citayam Fashion Week diajukan sebagai hak milik perusahaan milik Baim Wong dan istrinya. Netizen menuntut pembatalan pengajuan tersebut.
 

Editor : Trisna Eka Adhitya