"Kecemasan itu adalah ilusi buruk tentang masa depan, daripada kita membuang waktu untuk cemas, mendingan mempersiapkan diri untuk menghadapi, artinya apa, jadilah orang yang optimis," tegas Gus Miftah.
Dibanding dengan pesimis lebih baik membangun sikap optimis. Hal inipun telah dicontohkan dalam kisah para nabi, seperti Nabi Yunus As yang dimakan ikan.
Kemudian kisah Nabi Ibrahim As yang diperintahkan untuk memotong leher Nabi Ismail yang kemudian karena sifat optimisnya atas perintah Allah SWT Nabi Ismail digantikan menjadi seekor lembu.
Disamping itu juga ada kisah Nabi Musa yang terdesak di pinggir pantai kala menghadapi Firaun. Dengan optimisme dan keyakinannya terhadap ketetapan Allah, maka Allah membukakan lautan untuk disebrangi pengikut Nabi Musa.
Oleh karenanya, Gus Miftah berpesan agar warga Kota Mojokerto untuk selalu membangun sikap optimis dibandingkan dengan memupuk sikap pesimis.
"Orang optimis melihat peluang dalam masalah, sementara orang pesimis melihat masalah dalam peluang," katanya.
Di akhir tausyiyahnya, Gus Miftah berharap agar di masa pandemi ini keadaan dapat segera pulih seperti sedia kala. Sehingga Kota Mojokerto dapat semakin maju kedepan.
Editor : Trisna Eka Adhitya
Artikel Terkait