MOJOKERTO, iNewsMojokerto.id - Sosok Gayatri Rajapatni tidak akan bisa disisihkan dalam diskusi kebesaran Majapahit. Wanita yang diyakini sebagai putri bungsu Prabu Kertanegara ini adalah sosok penting dalam upaya-upaya awal pendirian Majapahit.
Gayatri diperistri oleh Prabu Wijaya, penguasa pertama sekaligus pendiri Majapahit. Ia merupakan ratu termuda di kalangan istri utama Sang Prabu.
Dalam bukunya, Gayatri: Akuntan Majapahit, Novrida Q. Lutfillah menguraikan peran Gayatri sebagai penerus ide-ide Kertanegara. Dalam pandangan Novrida, sosok Gayatri merupakan cerminan kuasa wanita Jawa di masa klasik.
"Cara Gayatri untuk tetap bisa mencapai visi Ayahnya melalui suaminya sebagai Raja Majapahit pertama, merupakan bentuk citra kuasa wanita Jawa terutama dalam keikutsertaan pengambilan keputusan," tulis Novrida.
Dalam karakter Gayatri, bisa ditemukan sikap 'menang tanpo ngasorake'. Suatu prinsip etika yang dikenal dalam tradisi masyarakat Jawa. Artinya kurang lebih adalah menang tanpa mengalahkan (menjatuhkan).
Gayatri memegang teguh visi persatuan Nusantara yang sebenarnya telah dicetuskan oleh sang ayah. Ia sadar akan posisinya sebagai ratu.
Gayatri pun berupaya agar Majapahit meneruskan cita-cita tersebut. Gayatri menjadi jembatan antara cita-cita Kertanegara dengan Prabu Wijaya sebagai Raja Majapahit.
Menurut Novrida, Gayatri turut serta dalam pengambilan keputusan-keputusan politik kerajaan. Meski demikian, Gayatri tetap memposisikan Prabu Wijaya sebagai pihak yang harus dihormati dan dijunjung martabatnya.
Novrida menyebut adanya cara diplomasi yang halus dan simbolik. Cara tersebut tidak membuat pihak lain diintimidasi atau bahkan merasa diperalat.
Cara inilah yang membuat Prabu Wijaya pun menghargai Gayatri pada tempat yang khusus di antara para istri lainnya.
Editor : Trisna Eka Adhitya
Artikel Terkait