MOJOKERTO, iNewsMojokerto.id - Sulalatus Salatin adalah sumber catatan raja-raja bangsa Melayu. Sulalatus Salatin dikenal populer sebagai kitab Sejarah Melayu.
Kitab Sejarah Melayu merupakan karya dalam Bahasa Melayu dan menggunakan Abjad Jawi. Karya ini kemungkinan pertama kali ditulis sekitar abad ke-16.
Kitab Sulalatus Salatin dikenal sebagai kitab yang hiperbolik (melebih-lebihkan) dalam penggambaran kebesaran raja-raja Melayu. Meski demikian, sebagian isi dari kitab ini, khususnya mengenai deskripsi adat istiadat serta silsilah penuruan raja-raja Melayu, diyakini sebagai salah satu teks penting.
Hal yang menarik dalam naskah ini kaitannya dengan sejarah Majapahit adalah adanya beberapa bagian yang menyebutkan mengenai hubungan Majapahit dengan kerajaan Melayu.
Dikutip dari tulisan Agus Aris Munandar, Majapahit dan Negeri-Negeri Sezaman: Interaksi dan Pandangan, ada bagian khusus dalam Sejarah Melayu yang menceritakan relasi salah seorang Raja Majapahit dengan salah seorang putra raja tanah Melayu.
"Dalam kitab Sejarah Melayu diberitakan bahwa terdapat hubungan antara Majapahit, Tanjungpura, Malaka, dan Bukit Siguntang tempat asal puak Melayu. Suatu ketika raja Majapahit meninggal, tidak mempunyai putera mahkota, lalu oleh patih Gajah Mada dirajakan anak perempuannya yang bernama Galoh (Galuh) Wi Kusuma," tulis Agus.
Menurut kronologi tersebut, dalam sumber lain diperoleh kemungkinan Galuh Wi Kusuma yang dimaksud dalam Sejarah Melayu adalah Tribhuwana Wijayatunggadewi.
"Puteri ini (Ed: Galuh Wi Kusuma) menikah dengan anak raja Tanjungpura piut Sang Maniaka dari Bukit Siguntang. Menikahlah Wi Kusuma dengan Ki Mas Jiwa anak raja Tanjungpura tersebut melahirkan anak perempuan bernama Galuh Candrakirana," lanjut Agus.
Hingga bagian tersebut muncullah keganjilan. Sebab dikisahkan Sang Ratu memperoleh anak perempuan. Sementara bukti akurat Majapahit menunjukkan Ratu Tribhuwana melahirkan Hayam Wuruk sebagai penguasa berikutnya.
Menurut analisis Agus, selain soal pernikahan, Sejarah Melayu juga menyebut anak Raja Tanjungpura yang menikah dengan Galuh Wi Kusuma itu diangkat sebagai Raja Majapahit.
Tidak berhenti sampai di situ, catatan Sejarah Melayu juga menyebut Galuh Candrakirana menikah dengan Sultan Mansur Syah dari Malaka. Pernikahan ini menjalin hubungan keluarga antara Majapahit dan kerajaan Malaka.
Mengutip Sutrisno, Agus menambahkan pula terkait relasi Majapahit dengan Siguntang dalam kitab Sejarah Melayu. Sejarah Melayu juga memberitakan bahwa Raja Majapahit menikah dengan puteri raja Bukit Siguntang.
Pernikahan Raja Majapahit dengan Putri Siguntang menurunkan anak dua laki-laki. Anak yang sulung menggantikan ayahnya menjadi raja di Majapahit.
Apakah catatan Sejarah Melayu ini dapat dipercaya?
Dalam tulisannya Agus berpendapat uraian dari Sejarah Melayu tersebut berbeda atau bertentangan dengan sumber-sumber otentik tentang Kerajaan Majapahit. Akan tetapi naskah tersebut boleh dijadikan salah satu sumber kajian untuk melihat relasi Majapahit dengan kerajaan sezaman.
"Naskah Sejarah Melayu telah mempunyai pandangannya tersendiri terhadap Majapahit, dalam pandangan tersebut kedudukan Majapahit tetap penting, namun mempunyai hubungan yang dekat dengan kerajaan- kerajaan Melayu dan kedudukan Majapahit dengan kerajaan-kerajaan tersebut dalam uraian Sejarah Melayu adalah setara," tulis Agus.
Editor : Trisna Eka Adhitya
Artikel Terkait