WASHINGTON DC, iNewsMojokerto.id - Dana Moneter Internasional (IMF) mengungkapkan kekhawatiran di tahun 2023 menjadi tahun yang sulit bagi pertumbuhan ekonomi dunia. Pasalnya tiga mesin utama pertumbuhan ekonomi di dunia mengalami penurunan aktivitas ekonomi.
Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF), Kristalina Georgieva mengungkapkan, pada tahun ini tiga mesin utama pertumbuhan global yaitu Amerika Serikat (AS), Uni Eropa, dan China mengalami pelemahan ekonomi.
"Tahun baru akan menjadi lebih sulit daripada tahun yang kita tinggalkan. Mengapa? Karena tiga ekonomi besar (AS, UE, dan China) semuanya melambat secara bersamaan," ujar Georgieva dikutip dari Reuters, Senin (2/1/2023).
Sementara, Georgieva menilai ekonomi AS paling tangguh saat ini dan dapat menghindari resesi. Menurutnya, ekonomi Negeri Paman Sam bisa menghindari kontraksi langsung yang kemungkinan akan menimpa sepertiga dari ekonomi dunia.
"AS paling tangguh dan dapat menghindari resesi. Kami melihat pasar tenaga kerja tetap cukup kuat," katanya.
Namun, hal tersebut justru menjadi risiko karena dapat menghambat kemajuan yang perlu dibuat The Fed untuk membawa inflasi AS ke level yang ditargetkan. Inflasi menunjukkan tanda-tanda telah melewati puncaknya saat tahun 2022 berakhir.
Tahun lalu, dalam pengetatan kebijakan paling agresif sejak awal 1980-an, The Fed meningkatkan suku bunga acuannya dari mendekati nol pada Maret ke kisaran saat ini 4,25 persen hingga 4,50 persen. Pejabat The Fed memproyeksikan suku bunga akan menembus angka 5 persen pada 2023.
Adapun, pada tahun lalu IMF memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global pada 2023. Hal ini mencerminkan hambatan yang terus berlanjut imbas perang di Ukraina, tekanan inflasi, dan kenaikan suku bunga yang tinggi oleh bank sentral seperti Federal Reserve (The Fed).
Sejak saat itu, China telah membatalkan kebijakan nol-Covid dan memulai pembukaan kembali ekonominya yang tak beraturan, meski konsumen di sana tetap waspada ketika kasus Covid-19 melonjak.
"Untuk pertama kalinya dalam 40 tahun, pertumbuhan China pada 2022 kemungkinan berada di bawah pertumbuhan global," tuturnya.
Georgieva menyebut, melonjaknya kasus Covid-19 di China diprediksi akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi tahun ini dan turut mempengaruhi pertumbuhan regional dan global.
"Untuk beberapa bulan ke depan, akan sulit bagi China, dan dampaknya terhadap pertumbuhan China akan negatif. Dampaknya terhadap kawasan akan negatif, dampak terhadap pertumbuhan global akan negatif," ucap Georgieva.
IMF memproyeksi pertumbuhan produk domestik bruto China tahun lalu sebesar 3,2 persen, setara dengan prospek global IMF untuk 2022. IMF juga memprediksi pertumbuhan tahunan di China meningkat pada 2023 menjadi 4,4 persen, sementara aktivitas global semakin melambat.
Editor : Trisna Eka Adhitya
Artikel Terkait