"Tantangan yang dihadapi menuju Net Zero Emission adalah bagaimana memproduksi nikel lalu ke baterai produksi, tentu membutuhkan tidak hanya teknologi tapi juga investasi yang sangat besar. Termasuk juga tenaga kerja yang memiliki kapabilitas di bidang ini. sehingga hal ini juga perlu diperkuat," kata Toto.
Meski demikian, IBC akan terus berupaya menciptakan ekosistem industri Electric Vehicle (EV) Battery di Indonesia. Hal itu pun diyakini mampu terealisasi dengan adanya Sumber Daya Alam (SDA) melimpah hingga potensi pasar yang dimiliki Indonesia.
"Kenapa? karena sumber daya alam yang dimiliki Indonesia sangat berlimpah, kita punya nikel, lalu aluminium Indonesia juga memiliki pangsa pasar yang besar untuk industri otomotif. kita punya car 1,5 juta kendaraan per tahun, lalu motor 8 juta unit per tahun," ujar Toto.
Seperti diketahui, IBC merupakan konsorsium yang terdiri dari empat BUMN yaitu MIND ID, PT Pertamina (Persero), PT PLN (Persero), dan PT Aneka Tambang (Antam). Holding pertambangan tersebut memiliki mandat khusus untuk mengelola ekosistem industri baterai kendaraan listrik yang terintegrasi dari hulu hingga hilir.
Editor : Trisna Eka Adhitya
Artikel Terkait