MOJOKERTO, iNewsMojokerto.id - Pernahkah Anda mendengar tentang kondisi "impulsive buying"? Kondisi tersebut bisa terjadi pada siapa saja, pria maupun wanita.
Impulsive buying adalah perilaku belanja impulsif yang membuat seseorang tidak tidak bisa mengontrol keinginannya untuk belanja atau memiliki barang-barang tertentu. Hal ini tentu menjadi masalah jika dana belanja terbatas.
Menurut psikologi, sekalipun Anda memiliki uang belanja yang melimpah, orang perlu menekan dan mengendalikan nafsu belanja. Perilaku impulsive buying tidak sehat bagi psikis seseorang.
Berikut ini adalah 5 hal yang direkomendasikan untuk membantu mengontrol nafsu belanja impulsif. Tim iNews merangkum dari laman Discover selengkapnya sebagai berikut:
1. Telusuri apa yang menjadi latar belakang nafsu belanja
Tiap kali keinginan belanja datang coba tanyakan pada diri sendiri, mengapa Anda memerlukan pembelian tersebut. Menjawab hal ini tidak semudah itu.
Anda mungkin perlu dengan sabar mencari jawaban tersebut. Sebab ini berhubungan dengan kesadaran seseorang.
Apakah ada alasan lain selain keinginan? Sebab seringkali orang sulit menjawab pertanyaan tersebut.
Seringkali orang merasa bahwa keinginan untuk membeli adalah bagian dari kebutuhan. Coba pertimbangkan apakah pembelian itu benar-benar membuat Anda merasa lebih baik.
2. Sertakan pengeluaran tambahan dalam anggaran
Salah satu cara untuk menghindari pengeluaran impulsif demi menghemat uang adalah berikan celah diri untuk bersenang-senang. Dengan kata lain, anggarkan sejumlah dana untuk belanja tambahan, liburan, atau pergi karaoke.
Namun, harus ada batas untuk pengeluaran tambahan. Batas tersebut bisa menjadi kontrol terhadap keinginan impulsif.
Sebaiknya pengalokasian ini dilakukan di tiap awal bulan. Hitung seberapa total pemasukan dan sisihkan sedikit untuk bersenang-senang.
Jika pada akhirnya menghabiskan lebih dari yang sudah dianggarkan, Anda bisa menandai itu dan segera mengambil sikap.
3. Pertimbangkan metode pembayaran
Menggesek kartu kredit mungkin tidak terasa mencekik di awal. Di satu sisi itu justru adalah bantuan bagi beberapa orang.
Namun, kartu kredit bisa juga menjadi jebakan dan membuat orang tidak bisa mengerem keinginan. Kemudahan yang ditawarkan kartu kredir bisa membuat orang lupa bahwa pengeluarannya membengkak.
Semudah apapun layanan kredit yang ditawarkan pihak Bank Anda, selalu ingat bahwa uang yang digunakan bukan uang milik pribadi. Anda perlu membayarnya dan tidak bisa menghindar.
Uang kartu kredit bukanlah uang hadiah yang tidak memiliki konsekuensi. Sebaiknya perhitungkan penggunaan pemasukan per bulan. Atur agar tidak lebih besar pasak daripada tiang.
4. Jangan langsung membeli saat keinginan itu datang
Salah satu starategi untuk menekan rasa ingin adalah memberi diri waktu tunggu sebelum melakukan pembelian. Setidaknya, bersabarlah selama 24 jam sebelum melakukan pembelian yang signifikan.
Selama waktu tersebut, cobalah berpikir alternatif. Apakah Anda bisa menggunakan apa yang sudah Anda miliki alih-alih membeli barang baru.
Masa tunggu akan membantu menentukan apakah Anda benar-benar membutuhkan barang tersebut. Jika tidak, waktu tunggu itu mungkin membuat Anda lupa atau teralihkan dari keinginan untuk membeli.
Jika setelah waktu tunggu Anda masih memikirkannya, pastikan alasan untuk membeli bukan sekadar memuaskan hasrat yang semu. Pikirkan kegunaan dan durasi fungsi apapun yang Anda pilih.
5. Beri waktu diri Anda beristirahat
Dalam kasus orang yang gemar belanja impulsif, ada kalanya mereka menyesal setelah beberapa waktu. Namun, tidak baik jika itu dijadikan alasan untuk menyalahkan diri sendiri.
Ada hal yang lebih riil yang bisa dilakukan, yaitu merapikan pengeluaran. Periksa kembali apa saja yang sudah Anda miliki.
Orang suka belanja impulsif sering kali melupakan benda-benda yang sudah dibelinya. Bahkan sebelum barang tersebut dipakai untuk pertama kali.
Saat Anda menyadari apa saja yang sudah Anda miliki, Anda akan belajar menyadari bahwa semua yang Anda butuhkan sudah tersedia. Bahkan lebih dari cukup.
Jika demikian, kembali pada poin pertama, untuk apa sebenarnya selama ini Anda membeli ini dan itu? Apakah alasan tersebut adalah alasan yang sehat bagi jiwa dan isi saldo Anda?
Editor : Trisna Eka Adhitya
Artikel Terkait