Pada periode selanjutnya naskah-naskah yang memuat cerita Damarwulan ditulis ulang dan diperbanyak. Paling banyak naskah Damarwulan ditulis ulang pada sekitar tahun 1800-an.
Hervina dan yuli juga mengungkapkan bahwa tidak diketahui secara pasti latar belakang penciptaan naskah Damarwulan pada masa Pakubuwana II. Sumber yang ditemukan hanya menyebut bahwa Pakubuwana II merupakan satu dari dua Raja Surakarta yang dianggap sebagai pujangga besar.
Cerita tentang Damarwulan lambat laun menjadi populer dan tersebar. Cerita ini sampai ke Banyuwangi dibawa oleh Bupati Banyuwangi yang bernama Arya Sugand, anak dari Mangkunegara IV.
Bab tentang kemenangan Damarwulan dalam melawan pemberontak Minak Jinggo di Blambangan sangat digandrungi. Dari sanalah nama Minak Jinggo muncul sebagai raja kerajaan Blambangan yang sakti mandraguna.
Suatu hari Minak Jinggo berhasil mengalahkan seorang pemberontak Majapahit yang disebut Macuwet atau Kebo Marcuet. Perihal siapa Macuwet ini, sumber yang ada juga simpang siur. Bahkan ada yang menyebut Macuet adalah ayah Minak Jinggo sendiri.
Editor : Trisna Eka Adhitya
Artikel Terkait