Beginilah nasib Mpu Prapanca menurut terjemahan Prof. Slamet Mulyana dalam puphuh 95/1 Nagarakretagama:
"Nasib badan dihina oleh bangsawan, canggung tinggal di dusun. Hati rusuh kurang kesenangan, sedih, rugi, tak mendengar kata manis. Sungguhlah! Juga teman karib dan orang budiman tak menaruh belas kasihan, meninggalkannya. Lalu apa, apa artinya (tujuannya) mengenal aturan cinta, kalau tidak diamalkan? (Kalau tak ada buahnya?)".
Dari untaian tersebut dapat dipahami keadaan Mpu Prapanca selama menulis Nagarakretagama adalah layaknya seorang buangan. Kemungkinan besar, kakawin ini ditulisnya selagi tidak tinggal di lingkungan istana Majapahit.
Editor : Trisna Eka Adhitya
Artikel Terkait